Menyebut nama Tri Mumpuni atau Bu Puni, panggilan akrab beliau, sepertinya belum banyak yang mengenalnya dengan baik. Tapi tidak, kalau menulis nama beliau di mesin pencari internet!
Jangan kaget kalau layar gawai akan dipenuhi artikel "magisnya sentuhan tangan dingin" perempuan kelahiran Semarang ini menerangi pelosok negeri dengan air!
Dengan air!? Ya, Bu Puni dikenal dunia dengan prestasi luar biasanya di dunia sains dan teknologi terapan. Khususnya pemanfaatan teknologi pembangkit listrik tenaga mikro hidro (PLTMH).
Berkat "tangan dinginnya" pula, perempuan berjuluk "wanita listrik" ini, banyak mendapatkan apresiasi dan penghargaan dari dunia luar, termasuk penghargaan bergengsi "Nobel-nya Asia", Ramon Magsaysay Award (2011) dan Asdhen Award (2012) dari Inggris
Tidak hanya itu! Diam-diam, alumni IPB dan Chiang Mai University ini ternyata juga masuk dalam daftar The Muslim 500 alias 500 Muslim Berpengaruh di Dunia tahun 2021, versi Royal Islamic Strategies Studies Centre!
Wajar kalau Bu Puni yang dikenal sebagai sosok sepi ing pamrih, rame ing gawe ini lebih dikenal di internet atau dunia maya! Karena beliau memang sering mempublikasikan ide, gagasan dan aktifitas inspiratif beliau di dunia maya yang memang lebih efektif dan efisien.
Apa yang sebenarnya dilakukan Bu Puni?
Berawal dari kebiasaan Bu Puni dan suami, Iskandar Budisaroso Kuntoadji blusukan ke desa-desa terpencil yang belum tersentuh infrastruktur, termasuk jaringan listrik, meskipun potensi sumber energi berupa tenaga air di sekitarnya begitu melimpah.
Melihat ini, Bu Puni yang sejak mahasiswa sudah terbiasa terlibat dalam proyek pemberdayaan desa, terpanggil untuk serius dan fokus memberdayakan sumber energi terbarukan itu menjadi PLTMH yang diyakini beliau sebagai kunci pembangunan sosial-ekonomi desa-desa terpencil tersebut.