Bagi para cinephile Indonesia alias para penikmat film di Nusantara, tentu sudah sangat familiar dengan film laskar pelangi yang diadaptasi dari novel best seller karya Andrea Hirata yang berkisah tentang tekad kuat dan perjuangan anak-anak miskin di sekitaran pertambangan timah di Pulau Bangka untuk mendapatkan pendidikan layak dan juga cita-citanya.
Baca Juga : Menikmati Jelajah Rasa Nusantara Lewat Film
Mengusung spirit serupa dengan film Laskar Pelangi, pertengahan tahun 2023 yang lalu, jagat film Indonesia "diam-diam" kembali diramaikan oleh film yang senafas dengan film garapan Riri Riza dan Mira Lesmana yang booming mulai 2008 silam tersebut.
Tapi apa iya, karena didanai oleh Pemerintah, khususnya Pemko Banjarmasin, film yang sarat pesan moral, penampakan alam serta budaya sungai khas Banjar yang eksotis ini harus hadir tanpa publikasi yang memadai!? Sampai "ujug-ujug" tayang begitu saja!?
Eh, sudah pada nonton film Jendela Seribu Sungai!?
Film yang juga diadaptasi dari sebuah novel karya duo novelis Miranda Seftiana dan Avicenna Soebli yang berlatar budaya masyarakat Suku Banjar dan Dayak Meratus ini juga begitu kental dengan nilai-nilai perjuangan dari anak-anak yang pantang menyerah.
Khususnya, anak-anak di pinggiran Sungai yang membelah Kota Banjarmasin, dalam mewujudkan cita-cita dan mimpi-mimpi otentik-nya masing-masing.
Uniknya, hambatan Kejora (Halisa Naura), Arian (Bima Sena) dan Bunga (Sheryl Drisanna), tiga tokoh utama dalam film ini dalam mewujudkan mimpi-mimpi mereka, datang dari sumber berbeda, tapi sama-sama ada dalam circle mereka sendiri.
Ada orang - orang terdekat, budaya bahkan kondisi fisik mereka sendiri. Bisa dibayangkan bagaimana plot twist-nya?