Revolusi Industri dan Kolonisasi
Perkembangan teknologi di era revolusi industri pada abad ke-18 yang dipicu oleh penemuan mesin uap oleh James Watt, terus melahirkan berbagai inovasi pemanfaatannya, mulai dari mesin pabrik, lokomotif, kapal uap dan lain-lainnya.
Dari Britania Raya, pergerakan revolusi industri yang menyebar ke eropa barat, Amerika Utara, hingga Jepang dan akhirnya mendunia tersebut, ternyata memicu persaingan antar negara-negara Eropa guna mendapatkan sumber energi bahan bakar untuk operasional berbagai mesin hasil inovasi mereka
Baca Juga : Jembatan Dewi, "Ophaal Brug" Pertama Peninggalan Belanda di Banjarmasin
Persaingan inilah yang akhirnya memacu negara-negara imperialis Eropa untuk melakukan ekspedisi besar-besaran mencari daerah koloni alias tanah jajahan yang mempunyai sumber energi guna di eksplorasi dan dieksploitasi.
Diawali penemuan sumber daya alam di India dan Malaysia oleh Inggris, Prancis langsung mengeksplorasi Vietnam. Tidak mau ketinggalan, Belanda akhirnya menyusul menancapkan misi kolonisasinya di Nusantara.
Kolonisasi dan Pertambangan
Dibawah komando geolog C.A.L.M Schwaner dan Letnan II van Kessel yang tergabung dalam De Natuurkundige Commissie (Komisi Ilmu Pengetahuan Alam), catatan ekspedisi Belanda di Nusantara pada rentang waktu 1843-1846 yang dirangkum dalam jurnal berjudul Borneo Beschuving Het Stroom Gebied Van Den Barito dan diterbitkan pada 1853 melaporkan tentang kekayaan alam berupa batu bara di kawasan Riam atau Batu api di sebagian kecil perbukitan Meratus yang sekarang kita kenal sebagai kawasan Pengaron di Kalimantan Selatan.
Baca Juga : Kanal-kanal Belanda di Antara "1000 Sungai" Julukan Kota Banjarmasin
Penemuan tambang batubara di Pengaron ini akhirnya juga memacu penemuan-penemuan potensi batubara di beberapa daerah, seperti Ombilin-Sawahlunto di Sumatera Barat dan Tanjung Enim di Sumatera Selatan.
Keseriusan Belanda mengeksploitasi batu bara di Kalimantan Selatan ini ditandai dengan keputusan Ratu Belanda, tertanggal 19 November 1846, untuk memberikan anggaran sebesar f50.000 per tahun untuk operasional pertambangan.
Oranje Nassau
Tanpa menunggu lama, setelah melakukan prosedur eksplorasi, akhirnya pada tanggal 28 September 1849, Jan Jacob Rochussen, Gubernur Hindia Belanda langsung datang ke Pengaron untuk meresmikan tambang batu bara pertama Hindia Belanda yang diberi nama Oranje Nassau. Sebuah nama "keramat" yang diambil dari wangsa atau dinasti kehormatan kerajaan Belanda.