Lihat ke Halaman Asli

kaekaha

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

Jembatan Dewi, "Ophaal Brug" Pertama Peninggalan Belanda di Banjarmasin

Diperbarui: 15 Desember 2023   20:42

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

jembatab Cone atau Jembatan Dewi zaman Hindia Belanda | KITLV via klikkalsel.com

Jika anda pernah bajajalanan alias jalan-jalan ke "Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!" dan sempat bakuliling kota, tentu anda akan menemukan banyak jembatan yang membentang di atas sungai-sungai yang membelah daratan kota.

Itulah sebabnya selain dikenal sebagai Kota 1000 Sungai, Banjarmasin juga layak disebut sebagai Kota Sejuta Jembatan. Lho kok sejuta!? Lhaah kan jumlah jembatan pasti lebih banyak dari jumlah sungainya! Betul!? He...he...he...

Diatas bentang Sungai Martapura (dulu juga dikenal sebagai Sungai Banjar Kecil) saja, salah satu dari dua sungai besar yang membelah Kota Banjarmasin, berdiri megah beberapa jembatan ikonik kota yang masing-masing mempunyai ciri khas desain dan tentunya sejarah panjang yang berbeda-beda.

Baca Juga :  Kanal-kanal Belanda di Antara "1000 Sungai" Julukan Kota Banjarmasin 

Salah satu jembatan ikonik di Kota Banjarmasin yang diyakini sebagai yang tertua di kota 1000 Sungai adalah Jembatan Dewi. Jembatan yang menghubungkan Pulau Tatas dengan kawasan Hulu Sungai, sekarang jalan Hasanuddin HM dengan jalan A. Yani ini diresmikan tahun 1914 di era pemerintahan residen CA Kroesen.

Pada 1935, jembatan yang lebih dikenal masyarakat saat itu dengan nama jembatan panjang atau jembatan Ulin, mungkin karena konstruksi jembatan ini memang dibuat dari kayu besi, direnovasi agar bisa dilewati kapal-kapal dengan ukuran yang lebih besar.

Awalnya, jembatan sepanjang hampir 100 meteran ini diberi nama Jembatan Coen yang diambil dari nama pemimpin Belanda, Jan Pieterzoon Coen.

Uniknya, bagian tengah Jembatan Coen ini didesain layaknya palang pintu portal yang bisa dibuka-tutup kapan saja, mengakomodir peran sungai Martapura saat itu yang memang menjadi jalur transportasi penting kawasan yang ditandai dengan lalu-lalangnya kapal-kapal berbagai ukuran di sepanjang alur sungai.

Jembatan "Ophaal Brug" terbuka di kanal  Bandjermasin Zuid-Borneo, antara tahun 1944-1955 | Tropen museum.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline