Julukan sebagai Kota 1000 Sungai sudah sejak lama melekat pada Kota Banjarmasin, kota perdagangan tua yang dibangun begitu strategis di dekat muara Sungai Barito, salah satu sungai yang kelak juga tercatat sebagai yang terbesar dan terpanjang di Indonesia.
Posisi geografis Kota Banjarmasin yang berada di dataran rendah, bahkan rata-rata ketinggian daratannya sekitar 16 cm dibawah permukaan air laut, menjadikan iklim kotanya panas dan permukaan daratannya didominasi oleh lahan basah, berupa sungai dan rawa. Inilah asal mula Banjarmasin dijuluki sebagai Kota 1000 Sungai.
Baca Juga : Ritual Mudik Serasa Berpetualang di Jalur Tradisional dan Legendaris Hulu Sungai Barito
Posisi strategis Kota Banjarmasin sebagai "gerbang" Sungai Barito, otomatis menjadikannya sebagai pintu bagi mobilisasi manusia dan barang dari dan ke pedalaman Pulau Kalimantan via jalur Sungai yang sejak berabad-abad silam telah menjadi satu-satunya jalur transportasi untuk berbagai keperluan masyarakat.
Hingga pada perjalanannya, kelak Kota Banjarmasin bertumbuh menjadi bandar perdagangan besar di Pulau Kalimantan dan label ini tetap bertahan sampai detik ini. Karenanya, tidak heran jika sejak dulu Banjarmasin menjadi magnet bagi kedatangan bangsa-bangsa asing dan mereka tidak hanya tertarik untuk berdagang semata, tapi juga berusaha menancapkan praktik kolonialisme alias penjajahan.
Belanda menjadi salah satu Bangsa asing yang mempunyai catatan sejarah pendudukan paling panjang di Banjarmasin dan Kalimantan secara umum, karenanya sampai saat ini masih ada jejak peninggalannya yang masih dimanfaatkan oleh masyarakat.
Khusus di seputaran Kota Banjarmasin, peninggalan kanal-kanal Belanda yang membaur dengan sistem teknologi kanal tradisional Banjar yang biasa dikenal dengan istilah anjir, antasan, handil, tatah dan saka hingga menjadi bagian dari "1000 Sungai" julukan Kota Banjarmasin, merupakan peninggalan pemerintahan kolonial Belanda yang paling aktual dan bermanfaat bagi Kota Banjarmasin dan masyarakatnya.
Baca Juga : Stigma "Rumah Setan" dalam Persinggungan Societeit de Kapel dengan Peradaban Urang Banjar di Masa Lalu
Kanal-kanal yang dibangun pada 1770-1945 sebagai bagian dari konsep Kota Taman (Garden City) tersebut, merupakan karya arsitek kenamaan Belanda, Herman Thomas Karsten yang diberi tugas oleh pemerintahan kolonial Belanda untuk merancang Kota Banjarmasin yang rawan banjir menjadi kota yang indah dan bebas banjir.