Lihat ke Halaman Asli

kaekaha

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

Stigma "Rumah Setan" dalam Persinggungan Societeit de Kapel dengan Peradaban Urang Banjar di Masa Lalu

Diperbarui: 14 Desember 2023   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gedung Societeit de Kapel Tahun 1920. Foto-Geheugen van Nederland & KITLV

Islam dan Banjar

Sejak berdirinya Kerajaan (Islam) Banjar di abad 16, selain diakui sebagai agama resmi kerajaan, Islam telah menjadi identitas komunal dan kultural Urang Banjar. 

Bahkan, karena saking kuatnya kelindan diantara keduanya, kelak muncul semacam adagium Islam itu Banjar dan Banjar itu Islam, karena dalam perjalanannya beragam tradisi dan budaya yang dibawa Islam akhirnya begitu kuat nge-mix dengan tradisi dan budaya Banjar, sampai-sampai kelindan diantara keduanya begitu sulit untuk dibedakan mana budaya Islam dan mana budaya Banjar.

Karenanya, tidak heran jika Urang Banjar sejak dulu selalu reaktif jika harus berhadapan dengan segala hal yang bertentangan dengan agama, dalam konteks ini tentunya dengan hukum syariat dalam Islam.

Terbukti, sejak penjajahan Belanda yang sebagaimana lazimnya para penjajah Eropa lainnya yang selalu membawa misi 3G yaitu gold, glory dan gospel akhirnya sampai juga ke Banua Banjar, bermaksud menaklukkan hegemoni Urang Banjar di kampung halamannya sendiri melalui berbagai cara licik, termasuk dengan mengadu domba para "Pagustian" alias keluarga kerajaan di dalam keraton untuk menggembosi kekuatan dan kedaulatan Kerajaan Banjar dari dalam, maka Urang Banjar tidak memilih opsi lain, selain langsung mengangkat senjata untuk melawannya!

Sekali lagi kerennya! Perlawanan yang termasuk nekad ini bukan sekedar soal harga diri yang diinjak-injak kaum penjajah semata ya! Tapi juga bentuk kepatuhan pada tuntunan dalam Islam yang menyebut perlawanan kepada para penjajah dengan misi 3G-nya adalah sebuah jalan jihad fisabilillah yang semua umat Islam pasti paham dengan "keutamaannya!"

Baca Juga :  Ternyata, Kepala Demang Lehman Masih Ditawan Belanda Sampai Saat Ini

Inilah cara Urang Banjar dan saya yakini juga semua pejuang di seluruh pelosok Nusantara dalam "memaknai" apa dan siapa saja yang terdefinisikan sebagai penjajah, hingga pahlawan-pahlawan seperti Demang Lehman pun lebih memilih dihukum gantung dan bahkan kepalanya yang dipenggal sampai sekarang masih menjadi koleksi museum di Belanda daripada menyerah kepada penjajah. Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing.

De Javasche Bank Banjarmasin | FB Skyscrapercity Banjarmasin

Bangunan Belanda di Banjarmasin

Jejak-jejak kolonialisme di Bumi Kalimantan, khususnya dalam bentuk bangunan-bangunan tua di Kalimantan Selatan dan lebih spesifik lagi di "Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas!", memang tidak begitu tampak seperti layaknya kota-kota lain di Indonesia.

Meskipun pada masanya, ada tercatat banyak sekali gedung megah yang dibangun pemerintahan kolonial Belanda di Kalimantan Selatan, termasuk di Kota Banjarmasin. Sebut saja De Javasche Bank, Escompto Bank (Nederlandsch Indische Escompto Maatschappij)  yang berdiri tahun 1857 dan mulai beroperasi di Banjarmasin sejak tahun 1927 dan tentunya Societiet de Kapel yang kesemuanya dibangun di ruas jalan Resident de Haan Weg  atau sekarang lebih dikenal sebagai jalan Lambung Mangkurat, kawasan premium di jantung Kota Banjarmasin.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline