Uniknya, mungkin karena di Nusantara secara alami memang tidak ada tanaman kurma, jadi secara kultural lebih banyak diantara kita yang kurang begitu familiar dengan buah yang dikabarkan Rasulullah SAW dalam hadits yang sama sebagai buah yang mempunyai banyak keberkahan tersebut.
Baca Juga : Sedapnya "Lempeng Mie Karih Daging" Khas Urang Banjar, Mau?
Akhirnya, kita masyarakat muslim di Nusantara lebih banyak mengembangkan beranekaragam kuliner-kuliner tradisional yang tumbuh dari kearifan lokal masing-masing sebagai menu kuliner untuk berbuka puasa. Luarbiasanya, karena umat Islam di Indonesia ini juga tumbuh dari berbagai jenis suku berbeda, maka jangan heran jika di daerah-daerah kita bisa menemukan jenis kuliner legendarisnya masing-masing. Keren kan!
Bagi masyarakat suku Banjar, kue atau kami biasa menyebutnya sebagai wadai, sama pentingnya dengan makanan pokok atau makanan berat yang kita makan sehari 3 kali. Karena, masyarakat suku Banjar mempunyai tradisi dessert di setiap aktifitas makan. No Wadai No Party...he...he...he...
Baca Juga : Buah Labu dan "PesanNya yang Menakjubkan" pada Perjalanan Kenabian Dzu Nun
Wadai Banjar yang biasa dijadikan dessert juga bermacam-macam, tapi rata-rata bercitarasa manis-legit, seperti amparan tatak pisang, Sari India, sari muka, hula-hula, talam, bingka, bingka barandam dan masih banyak lagi yang lain-lainnya.
Khusus di bulan Ramadan seperti sekarang, wadai-wadai penggoda iman yang sebagian saya sebutkan diatas begitu banyak dijajakan masyarakat dengan rate harga dan kualitas rasa yang sangat beragam, tapi memang enak-enak terutama yang di berbagai lapak pasar wadai.
Semoga Bermanfaat!
Salam matan Kota 1000 Sungai,
Banjarmasin nan Bungas!