Memilih Menu Obrolan Itu Seperti Memilih Menu Makanan
Memilih menu atau tema obrolan dengan orang lain dalam kesempatan apapun, sebenarnya mirip dengan memilih menu makanan maupun tempat makan ketika kita mau mentraktir kawan.
Kalau kawan yang kita traktir adalah kawan dekat yang sudah lama kita kenal, tentu lebih mudah bagi kita untuk memilih warung atau menu masakan yang sesuai dengan selera kita semua. Kesulitan mungkin akan kita temui ketika ternyata, kawan yang mau kita ajak makan adalah "kawan baru dan jumlahnya tidak hanya satu saja, tapi banyak!?"
Bagaimana cara memilih menunya, agar semua bisa merasakan nikmatnya sajian menu yang dipilih atau warung makan yang dipilih.?
Saya yakin peribahasa lain ladang lain belalang dan lain lubuk lain ikannya tetap aktual sampai detik ini. Maknanya, saya yakin setiap orang, setiap entitas budaya, setiap organisasi pasti mempunyai cara terbaik untuk bisa menyajikan "menu" obrolan terbaik di setiap kesempatan, termasuk di lebaran kali ini.
Baca Juga : "Basambang Mambangkit Tampirai" Ngabuburit Asyik ala Urang Banjar
Masyarakat suku Banjar yang sebagian besar mendiami wilayah Kalimantan Selatan, juga mempunyai piranti lunak yang bekerja layaknya filter untuk memproses terbentuknya "menu" obrolan yang berkualitas, tertib, jujur, sistematis, tenang, fokus, dan bertanggungjawab, dalam bentuk produk budaya sastra lisan yang salah satunya adalah paribasa Banjar.
Sastra lisan berupa dongeng, legenda, pantun, saluka, juga paribasa dan papatah serta yang lainnya, juga berfungsi sebagai panduan etika yang otentik, karena berakar dari pengalaman hidup mereka sendiri yang tentunya cukup efektif guna menyaring infiltrasi budaya luar yang tidak selaras dengan adat istiadat dan tradisi khas Urang Banjar
Dalam pribahasa Banjar, mulut adalah lambang kecerdasan. Kedelapan pribahasa ini mengidealkan kualitas komunikasi yang. Mari kita cermati ruang komunikasi publik kita, apakah sudah memenuhi harapan ideal ini?
Paribasa Banjar
Khusus untuk paribasa Banjar atau peribahasa Banjar, secara umum dibagi menjadi 2 klasifikasi besar, yaitu paribasa Banjar berbentuk puisi dan peribahasa Banjar berbentuk kalimat.
Paribasa Banjar berbentuk puisi, dibagi lagi menjadi 6 jenis, yaitu gurindam, kiasan, mamang papadah, pameo huhulutan, saluka, dan tamsil. Sedangkan paribasa Banjar berbentuk kalimat dibagi lagi juga menjadi 5 jenis, yaitu ibarat, papadah, papatah-patitih dan paumpamaan.