Lihat ke Halaman Asli

kaekaha

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

Balai Hakey, Jejak Tua Tradisi Toleransi Suku Dayak Ma'anyan-Suku Banjar yang Tetap Aktual

Diperbarui: 17 April 2022   23:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi Balai Adat Dayak | @kaekaha 

Toleransi Berusia Ratusan Tahun

Balai Hakey adalah sebuah bangunan rumah besar yang dipersiapkan oleh masyarakat Suku Dayak Ma'anyan untuk masyarakat muslim, baik dari kalangan suku Maanyan sendiri maupun Suku Banjar yang biasa disebut sebagai Urang Hakey dan sedang menghadiri acara-acara adat besar seperti upacara ijambe, tewah dan aruh ganal atau kenduri besar lainnya di lingkungan Suku Dayak Ma'anyan yang ada dan berlaku sejak ratusan tahun silam. 

Baca Juga :  "Basambang Mambangkit Tampirai" Ngabuburit Asyik ala Urang Banjar

Selama berada di balai hakey ini, masyarakat muslim diberikan fasilitas yang layak untuk tetap bisa menjalankan semua aktifitas kehidupannya sebagai muslim, termasuk memasak masakan sendiri dengan sumber pangan yang halal, baik dari segi cara mendapatkannya, bahan dan cara pengolahannya.  Luar biasa bukan?

Ilustrasi Balai Adat Dayak | @kaekaha 

Sejarah Balai Hakey

Sebelum berdiri Kerajaan Negara Dipa dan Kerajaan Negara Daha, cikal-bakal Kesultanan Banjarmasin, Suku Ma'anyan sudah mempunyai tata pemerintahan sendiri yang kemudian dikenal sebagai Kerajaan Nan sarunai. Sayang, kerajaan ini akhirnya bubar setelah mendapatkan serangan dari armada Majapahit, hingga orang Ma'anyan akhirnya terdiaspora.

Dikisahkan, pasca terdiaspora ini, munculah seorang tokoh bernama Labai Lamiah yang menurut tradisi lisan masyarakat Suku Ma'anyan sendiri, beliau adalah orang Dayak Ma'anyan pertama yang menjadi muallaf dan kelak menjadi mubaligh atau pendakwah di wilayah Nagara yang sekarang masuk ke wilayah Kabupaten Hulu Sungai Selatan.

Baca Juga :  "Guru dan Tuan Guru", Gelar Kehormatan untuk Alim Ulama Panutan ala Urang Banjar 

Dari dakwah Labai Lamiah inilah masyarakat Suku Ma'anyan, khususnya yang tinggal di seputaran Banua Lawas atau sekarang dikenal sebagai kawasan Pasar Arba, tidak jauh dari Kecamatan Kalua, Kabupaten Tabalong akhirnya memeluk agama Islam. 

Karena komunitas Suku Ma'anyan muslim ini memerlukan tempat ibadah, maka akhirnya Balai Adat orang Ma'anyan di kawasan ini dialih fungsikan menjadi masjid yang sampai sekarang masih ada dan jejak peninggalan tradisi suku Maanyan pra Islam berupa beberapa guci tua juga masih ada.

Masjid Pusaka Banua Lawas Dibangun sejak 1625 | Banjarmasin Post

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline