Lihat ke Halaman Asli

kaekaha

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

"Kereta Apiku" dan Orang-Orang Nekat di Balik Berdirinya Pabrik Sepur di Madiun

Diperbarui: 3 September 2021   23:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Naik Kereta Api | @kaekaha


Naik kereta api tut tut tut  
Siapa hendak turut?
Ke Bandung... Surabaya ...

"Kereta Apiku dan Ibu Soed"

Masyarakat nusantara yang merasakan kanak-kanak pada dekade 60-an sampai akhir 90-an yang juga dikenal sebagai akhir kejayaan lagu anak-anak di Indonesia, sepertinya sangat familiar dengan penggalan lirik lagu anak-anak berjudul Kereta Apiku, gubahan Saridjah Niung Bintang Soedibio atau yang lebih kita kenal sebagai ibu Soed diatas. 

Baca Juga :  Musik 90s, Puncak Kreativitas dan Keragaman Musik Indonesia

Semua tidak lepas dari peran Radio Republik Indonesia (RRI) yang  sejak awal dekade 1960-an sudah sering memutar lagu ceria yang liriknya secara lugas menarasikan keseruan naik kereta api dari sudut pandang khas anak-anak ini.


Berkat lagu karya Ibu Soed yang selalu hadir dengan lirik lugas, mudah dimengerti sekaligus mudah dipahami tersebut, anak-anak di seluruh nusantara yang seumur hidupnya tidak pernah (mungkin) melihat, apalagi berkesempatan untuk naik kereta api, setidaknya bisa menggambarkan dalam angan-angan, bagaimana rasa dan suasana naik kereta api.

Secara tidak langsung, Ibu Soed dengan lagu gubahannya "Kereta Apiku" dan tentunya juga RRI, punya andil dalam memasyarakatkan keberadaan moda transportasi kereta api di Indonesia.  

Hingga sekarang, dengan berbagai penyempurnaan berkelanjutan pada teknologi dan juga beragam produk layanan "turunannya", kereta api telah berevolusi menjadi salah satu moda transportasi masal populer di indonesia.

Stasiun Kereta Tua di Kampung Saya |@kaekaha

Beruntung, saya termasuk salah satu anak negeri ini yang sejak lahir ceprot, langsung bisa menikmati beragam keseruan "naik kereta api" persis seperti yang dikisahkan dalam lagu gubahan Ibu Soed diatas, termasuk sensasi berisiknya bebunyian yang ditimbulkan oleh lalu lalang kereta api, sekaligus romantika dalam "dinamika" sosial khas lingkungan perkereta apian.

Harap maklum, kampung kelahiran saya di timur laut kaki Gunung Lawu, dibelah menjadi dua wilayah sama luas oleh jalur kereta api yang meenghubungkan Jakarta-Banyuwangi dan istimewanya, di tengah-tengah kampung kami itu juga, berdiri stasiun kereta api tua peninggalan Belanda yang menyimpan kisah indah masa kecil saya dan teman-teman yang tidak mungkin akan kami lupakan seumur hidup.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline