Liga-liga sepakbola di benua biru, saat ini sudah hampir menyelesaikan semua kompetisinya. Bundarnya bola yang tidak bisa ditebak arah lajunya, apalagi jika berada di kaki-kaki para seniman lapangan hijau yang tidak ada habis-habisnya memamerkan skill-skill atraktif terbaiknya, menjadikan akhir kompetisi liga-liga di negara Eropa layaknya magnet yang begitu kuat menarik perhatian seluruh pecinta bola di seluruh penjuru dunia.
Selain kolektivitas permainan tim sebagaimana mestinnya permainan sepakbola dimainkan, daya tarik sepakbola juga tidak bisa dilepaskan dari "daya tarik individu" bintang-bintang bola yang umumnya dilabeli bintang karena skill mumpuni mereka di lapangan hijau. Makanya tidak heran jika kemudian muncul "julukan individual" pada seorang pemain bola karena keterampilan atau skill yang secara spesifik di akui sebagai skill terbaiknya.
Baca Juga: Menggagas Sound of Borobudur Mementaskan "Campursari Kolosal" Alat Musik dari Seluruh Dunia
Bagi para penikmat bola, tentu sangat familar dengan istilah raja dribel (dribble), raja clean sheet, raja tekel (tackle) dan raja-raja lain yang merujuk pada skill para seniman bola tersebut.
Di antara, sekian banyak skill mumpuni para bintang sepak bola dunia, ada satu skill khusus nan unik yang dianggat keramat oleh para seniman lapangan hijau yang ternyata punya latar belakang sejarah dan juga efek atau imbas luar biasa bagi mental para pemain yang terlibat dalam aksi skill luar biasa ini, yaitu skill nutmeg alias "si-buah pala".
Kok Biji Pala?
Kosakata nutmeg berasal dari bahasa Inggris yang dalam bahasa Indonesia diartikan sebagai buah pala (Myristica fragrans). Naaaah lho, apa hubungannya buah pala dengan skill nutmeg di lapangan sepakbola dan juga futsal?
Keterampilan nutmeg di Indonesia biasa disebut sebagai "ngolongin", yaitu proses mendrible bola untuk melewati lawan dengan cara "memasukkan" bola di antara celah kedua kaki (selangkangan) lawan.
Tapi akhirnya, mereka menemukan kosakata nutmeg ternyata sudah ada dalam dunia teks dan percakapan sejak 1870, sebagai bahasa slang era Victorian yang dalam Kamus Bahasa Inggris Oxford dimaknai sebagai "(situasi di mana) seseorang terkena tipu, terutama lewat cara-cara yang bikin dirinya jadi terlihat bodoh."
Baca Juga: Kojima Solusi Praktis Gaya Hidup Sehat ala Rasulullah