Salah satu kebiasaan unik Urang Banjar adalah "hobi komunalnya" mengudap wadai (kue; bahasa Banjar) yang bercita rasa manis legit kapan saja, bahkan ketika perut sudah terasa penuh sekalipun oleh makan berat yang menjadi menu makanan utama, seperti nasi berikut lauk pauknya yang telah disantap sebelumnya.
Sepertinya itu juga penyebab, wadai atau kue khas Banjar rata-rata bercita rasa manis dan super legit, sehingga relatif susah menemukan varian yang bercita rasa asin. Begitu pula dengan para penjualnya yang rata-rata tak kalah manis dan leg... eeeeeh kok jadi ngelantur!
Maksud saya, begitu juga penjual wadai-nya yang juga banyak tersebar di berbagai sudut kota dan uniknya kalau diperhatikan, rata-rata semuanya mempunyai pelanggan masing-masing, sehingga jualan wadai-nya selalu habis, tidak menyisakan barang sedikit.
Setelah hampir dua dekade lebih bertransformasi dalam budaya masyarakat Banjar pesisir, sepertinya saya juga mulai tertular "hobi komunal" Urang Banjar tersebut, mulai suka mengonsumsi wadai bercita rasa manis.
Walaupun biasanya "hanya" untuk dua momen saja, yaitu pagi hari sebagai pemanis liur alias sarapan pembuka dan sore hari saat berbuka puasa, itupun kalau pas sedang berpuasa, kalau tidak berarti yang tidak mengonsumsi wadai manis, karena pada dasarnya alias sudah bawaan dari sononya, saya lebih suka mengudap makanan dengan cita rasa gurih-asin. Nah lhooooo!
"Wadai Untuk"
Salah satu kudapan atau wadai manis paling populer di lingkungan masyarakat Banjar, mulai dari pahuluan di Daerah Hulu Sungai (Kalsel bagian atas/utara) sampai ke Banjar pesisir di seputar Banjar Bakula alias metropolitan Banjarmasin dan sekitarnya (Kalsel bagian bawah/Selatan) adalah wadai untuk atau ada juga yang menyebutnya sebagai wadai untuk-untuk.
Wadai untuk inilah kudapan rakyat sejuta umat alias kesukaan sebagian besar Urang Banjar, mau tua-muda apalagi anak-anak, mau kaya-miskin, mau orang kota, mau orang udik semua pasti kenal sama wadai untuk yang legendaris.
Wujud fisik wadai untuk mirip roti goreng atau orang Madiun dan sekitarnya menyebutnya sebagai golang-galing, tapi lebih lembut dan padat.
Jadi selain cita rasa manisnya cukup pas menjadi teman minum teh di pagi hari, mengudap wadai untuk juga memberi efek mengenyangkan, sehingga cocok juga menjadi menu pembuka pas buka puasa di sore hari.