Pandemi Covid-19 dan Less Contact Activity (LCA)
Pandemi Covid-19 menjadi katalis alias pendorong percepatan proses digitalisasi berbagai aspek kehidupan manusia di seluruh penjuru dunia.
Pemberlakuan protokol kesehatan dan juga berbagai bentuk pembatasan sosial (PSBB, lockdown dll), memaksa kita untuk beradaptasi dengan berbagai kebiasaan baru yang pada intinya merujuk pada less contact activity (LCA)alias aktifitas minim kontak, yaitu upaya meminimalisir pertemuan (fisik) antar manusia secara langsung dalam aktifitas sehari-hari dan menggantinya dengan komunikasi secara daring atau online menggunakan perangkat digital yang berbasis internet.
Selama pandemi, kita dipaksa lebih banyak melakukan aktifitas dari rumah. Kerja, belanja, sekolah, training, rapat/meeting, berobat, membayar tagihan bulanan, nonton film/konser music, bahkan beribadahpun juga dilakukan secara daring.
Sebagai habitus baru yang semakin populer dan membudaya sejak pandemi covid-19 merebak, less contact activity (LCA) selain dinilai banyak kalangan lebih praktis, simple, efektif dan efisien, ekosistem aktifitas berbasis digital ini juga sangat memungkinkan melahirkan banyak peluang usaha, bisnis dan tentunya pekerjaan baru, sehingga kedepannya sangat mungkin bisa diproyeksikan secara serius untuk membantu mengurangi angka pengangguran juga kemiskinan.
Relevansinya, untuk semakin memaksimalkan kebermanfaatan less contact activity (LCA) ini, dari sekarang kita memerlukan pemerataan infrastruktur telekomunikasi berbasis digital, provider telekomunikasi seluler yang kompatible dan juga beragam inovasi aplikasi digital .
Grafis | twitter @switchmobileid Less Contact Activity (LCA) dan Switizen
Selain kebutuhan pemerataan infrastruktur telekomunikasi digital yang tentunya menjadi domain pemerintah dan provider telekomunikasi, serta inovasi aplikasi digital yang terus bermunculan, less contact activity (LCA) memerlukan dukungan penuh dari provider telekomunikasi yang "mengerti dan memahami" secara spesifik kebutuhan internet super unik khas ala masyarakat Indonesia yang maunya diperlakukan layaknya "raja", bebas tanpa batas!
Bebas menentukan sendiri besaran kuota internet /telepon dengan fasilitas teknologi terbaik , bebas untuk mengakses aplikasi maupun situs apapun dan kapanpun, bahkan untuk nomor selulernya, kalau bisa request, pasti maunya minta nomor cantik atau dibuat yang sesuai selera! Betul!?