Kosakata Kapuhunan
Istilah Kapuhunan tidak hanya dikenal oleh masyarakat Banjar berikut diasporanya, tapi juga sebagian besar masyarakat Dayak. Dalam kamus bahasa Banjar yang disusun oleh Almarhum Prof. Haji Abdul Djebar Hapip, cetakan kelima yang diterbitkan pada tahun 2006 oleh PT. Grafika Wangi Kalimantan, kosakata kapuhunan diartikan sebagai dapat celaka; dapat bencana.
Uniknya, entah ada hubungannya atau tidak dengan kosakata kapuhunan, dari kronologi fase penterjemahannnya dalam kamus tersebut terdapat kosakata yang relatif identik sebagai kata pembentuk, yaitu kosakata kapuhun yang diartikan penyakit akibat masuk angin atau penyakit akibat masuk angin.
Saya menyebut unik sekaligus ragu terhadap korelasi atau hubungan dari kedua kosa kata diatas, karena keduanya dari segi susunan aksara dan juga fonetisnya seperti berhubungan, tapi kalau dilihat dari artinya masing-masing jelas tidak nyambung alias tidak ada hubungan, tapi uniknya masing-masing artinya jika disambung atau digabung justeru mempunyai makna yang segaris atau linier.
Coba perhatikan, jika arti atau makna dari kapuhunan dan kapuhun digabung arti dan maknanya menjadi dapat celaka; dapat bencana akibat penyakit masuk angin.
Terlepas dari korelasi kosakata kapuhun dan kapuhunan yang menurut saya masih berada di wilayah abu-abu, dalam kosakata bahasa Banjar juga dikenal istilah puhun yang dalam bahasa Indonesia berarti pohon.
Sekali lagi, kalau dilihat arti dari masing-masing kosakatanya, antara puhun, kapuhun dan kapuhunan sepertinya tidak ada hubungan atau korelasi diantara ketiganya. Puhun artinya pohon, kapuhun artinya peny akibat masuk angin atau penyakit akibat masuk angin dan kapuhunan artinya dapat celaka ; dapat bencana.
Entah kebetulan atau memang tidak ada korelasi diantara ketiganya, Almarhum Prof. Haji Abdul Djebar Hapip juga sama sekali tidak menyinggung kemungkinan tersebut dalam kamus yang beliau susun.
Kapuhunan Sebagai Pamali
Masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan, sampai saat ini masih mempunyai banyak sekali pingkutan (pegangan) produk tradisi dan budaya ulahan Urang bahari atau buatan orangtua zaman dulu yang sampai sekarang masih eksis, walaupun seiring perjalanan waktu tetap saja sebagian diantaranya mulai melemah denyut pengaruhnya.
Penjabaran lengkap silahkan baca artikel saya berjudul Eksistensi "Pamali Banjar", Produk "Urang Bahari" di Era Modern.
"Salah satu produk tradisi dan budaya ulahan Urang bahari atau buatan orang tua zaman dulu yang masih eksis adalah Pamali Banjar, yaitu ungkapan-ungkapan yang mengandung semacam larangan atau pantangan untuk dilakukan, yang memiliki posisi sekaligus berfungsi sebagai control social bagi Urang Banjar dalam berkata, bertindak, atau melakukan suatu kegiatan" (Jamali dan Dalle, 2013)
Salah satu pamali Banjar yang sampai di milenium baru sekarang ini masih eksis dan diyakini sebagian besar masyarakat Banjar adalah perihal Kapuhunan!