Lihat ke Halaman Asli

kaekaha

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

Eksistensi Kuliner Nusantara di Tengah Hegemoni Kue Nastar di Hari Lebaran

Diperbarui: 15 Mei 2020   17:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lontong Tampusing Khas Banjar | @kaekaha

Tradisi Sajian Kue Kering

Seluruh nusantara sepertinya mengenal dengan baik kue kering Ananas Taart atau lebih kita kenal sebagai nastar, kue klasik nan legendaris perpaduan dari budaya negeri Belanda dengan alam nusantara, berjuluk the most favourite cookies in  happy lebaran itu!?

Memang, kue kering yang asalnya berisi isian olahan selai dari buah nenas (Ananas comosus) ini sangat populer di Indonesia, terutama di akhir bulan ramadan atau seputar hari lebaran tiba. 

Saking populernya, bahkan ada sebagian masyarakat yang merasa belum lengkap berlebaran jika belum menikmati kue nastar dari barisan toples-toples kaca yang tersusun manis di meja-meja tamu.

Kehadiran beragam kue kering atau di kampung halaman saya di Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas disebut sebagai wadai karing, memang sudah mentradisi di masyarakat nusantara. Tidak hanya di seputar hari raya lebaran saja, tapi juga di hari raya umat agama-agama lain di Indonesia, termasuk di berbagai acara pesta atau tasyakuran baik masyarakat sebagai pribadi individu maupun sebagai komunal layaknya masyarakat adat. 

Sebagai negeri dengan keberagaman tradisi dan budaya yang begitu kaya, termasuk didalamnya tradisi kuliner, sudah menjadi rahasia umum jika masing-masing daerah di Indonesia juga mempunyai beragam tradisi kuliner lokal khas setempat dengan cita rasa juara yang biasa dihidangkan dalam upacara-upacara adat atau perayaan-perayaan hari besar agama, termasuk saat lebaran.

Sajian Katupat Kandangan Khas Banua | @kaekaha

Kuliner Lokal Hidangan Lebaran 

Seperti sebagian besar masyarakat nusantara yang merayakan lebaran lainnya, masyarakat Kalimantan Selatan atau Urang Banua juga merayakan lebaran, salah satunya dengan menyajikan beragam kuliner baik tradisional maupun kuliner umum nasional yang telah kesohor pada umumnya. 

Selain sajian wadai karing, baik wadai karing lokal khas Kota 1000 Sungai, seperti wadai ilat sapi, akar pinang, kambang goyang, kue roko dan banyak lagi lainnya, juga wadai karing nasional seperti nastar, semprit, kastengel dan lain-lainnya, Urang Banjar juga biasa menyajikan beberapa kuliner lokal level berat atau selevel makan siang seperti Soto/Sop BanjarKatupat Kandangan, Lontong Tampusing atau kuliner-kuliner tradisional khas Urang Banjar pada umumnya. 

Artinya, disamping sajian-sajian khas lebaran ala nusantara seperti wadai karing nastar dan kawan-kawannya sudah ada, Urang Banjar tetap menghidangkan sajian ragam kuliner tradisional sebagai perimbangan. Memang, biasanya status sosial pemilik rumah berbanding lurus dengan kuantitas juga kualitas hidangan yang tersaji. Bagaimana dengan lebaran di daerahmu?    

Uniknya, sebagai salah satu miniatur nusantara, Kota 1000 Sungai yang juga menjadi rumah dari beragam suku bangsa di nusantara, secara otomatis juga menjadi area konservasi beragam tradisi kuliner nusantara berikut beragam turunannya sebagai bentuk kompromi juga akulturasi budaya sebagai konsekuensi terjadinya dinamika interaksi antar masyarakat di lingkungan Kota 1000 Sungai, Banjarmasin nan Bungas ... dan datangnya hari lebaran biasa menjadi arena aktualisasi dari keberhasilan proses "konservasi" tersebut.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline