Mengenal Tradisi Pangan Urang Banjar
Kota 1000 Sungai, Banjarmasin dan sebagian besar wilayah daratan Kalimantan Selatan didominasi oleh lahan basah berupa rawa-rawa lebak dan daerah aliran sungai. Topografi dan ekositem alam yang spesifik khas Banua Banjar ini dalam perjalanannnya juga berperan besar dalam membentuk pola tradisi, sosial dan budaya Urang Banjar yang kelak banyak dikenal sebagai budaya perairan darat atau lebih populer disebut sebagai budaya sungai.
Budaya sungai khas Urang Banjar, salah satunya bisa kita lihat dari ragam kulinernya! Sebagian besar, bahan pangan pembentuk ragam kuliner khas Urang Banjar didominasi oleh hasil sungai atau rawa.
Sebut saja, mulai dari beragam jenis padi rawa yang kelak menghasilkan beragam komoditas Beras Banjar "premium" kebanggaan Urang Banjar yang mempunyai kekhasan pada bulir padinya yang kecil-kecil dengan tekstur pera plus citarasa yang unik, tentu akan selalu "ngangeni" siapapun yang pernah mencobanya!
Ini juga yang menjadi alasan sebagian besar Urang Banjar sampai detik ini tidak bisa juga pindah kelain hati...eh maksudnya pindah ke jenis beras lain, termasuk selalu membawanya kemanapun mereka madam (bepergian/merantau ; bahasa Banjar). Sebagian lagi yang akhirnya bisa mengkonsumsi jenis beras dari luar, umumnya karena pernah lama madam dan di daerah baru tidak ada beras Banjar, sehingga mau tidak mau mengkonsumsi beras yang ada dan akhirnya terbiasa.
"Kada kawa makan amun nasinya lambik, jar!"
"Katanya, tidak bisa makan kalau nasinya lembek!"
Selain beras, hasil sungai dan rawa lainnya yang punya andil besar membentuk budaya kuliner khas Banjar adalah aneka jenis ikan dan unggas berhabitat rawa.