Lihat ke Halaman Asli

Kartika E.H.

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

Bagai Kacang Ingat Kulitnya, Inilah Cara Band Radja Melestarikan Lagu-lagu Banjar

Diperbarui: 28 Agustus 2019   13:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Album Journey to Banjar (@kaekaha)

Jika anda penikmat musik populer Indonesia, khususnya penikmat jenis musik pop rock era awal milenium atau awal 2000-an, tentu anda sangat familiar dengan lagu ber-genre pop rock dengan balutan cengkok sedikit melayu berjudul   jujur dan tulus karya masterpiece dari band radja  yang saat itu merajai panggung musik Indonesia, baik acara off air maupun on air di semua media elektronik, baik televisi apalagi radio.

Dua judul lagu "jujur dan tulus" tersebut merupakan elemen terpenting dalam "titik balik" perjalanan karier band radja dalam menjelajahi sekaligus menguasai belantara pasar musik di Indonesia. 

Sejak saat itu, sekitar medio tahun 2003-2012 band radja benar-benar sedang naik daun, lagu-lagunya tidak berhenti diputar di berbagai radio di seluruh nusantara. 

Saat itu Band radja benar-benar menjelma layaknya seorang raja yang selalu diidolakan dan di elu-elukan oleh para radjaku, fans berat band radja dari seluruh pelosok nusantara dan negara jiran Malaysia, Brunei Darussalam, Hongkong dan juga Singapura.

Journey to Banjar, Dedikasi Radja untuk Lagu-lagu Daerah Banjar

Publik tanah air mengenal band radja, setelah lagu hits mereka jujur dan tulus berhasil mencuri perhatian penikmat musik populer, khususnya genre pop rock. 

Tapi saat itu masih sedikit yang mengetahui kalau duo frontman sekaligus pendiri band radja yaitu kakak beradik  Moldy (Gitar) dan Ian Kasela (Vokal) adalah asli Urang Banjar, bahkan karena saking cintanya kepada kampung halaman Kalimantan Selatan, Ian sang vokalis menambahkan nama Kasela singkatan dari Kalimantan Selatan pada nama panggungnya.

Tidak cukup hanya itu! Kejelian band radja memanfaatkan momentum dengan membaca situasi dan kondisi "lingkungan" akhirnya berujung manis. Bagai kacang yang tak lupa kulitnya, disaat mereka berada di puncak kejayaan dan ketenarannya mereka sekali lagi  menegaskan kecintaan mereka kepada banua dengan merilis album khusus berjudul Journey to Banjar yang berisi lagu-lagu Banjar bahari (lama) dan legendaris karya musisi-musisi banua dengan aransemen renyah khas Radja. 

Album  Journey to Banjar  yang release tahun 2010 itu merupakan album studio radja ke sembilan yang menurut Ian Kasela dan Moldy merupakan bagian dari cita-cita sekaligus dedikasi mereka untuk melestarikan sekaligus memperkenalkan seni budaya Kota Seribu Sungai, Banjarmasin ke seluruh Nusantara dan dunia, terkhusus melalui lagu-lagu daerahnya yang punya potensi besar untuk go nasional menyusul Ampar-ampar Pisang dan Paris Barantai yang lebih dulu akrab di telinga masyarakat Indonesia.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline