Lihat ke Halaman Asli

Kartika E.H.

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

Fakta “Penyerbuan” Para-Kombatan di Ajang JNE Kopiwriting, Banjarmasin 2019

Diperbarui: 25 Agustus 2019   15:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Para-Kombatan sedang berdialog (dok.kombatan)

Kamis sore  tanggal 22 Agustus 2019 atau hanya berselang seminggu dari euforia pesta ulang tahun kemerdekaan Indonesia yang tahun ini memasuki edisi yang ke-74, Kota Banjarmasin kembali dibikin geger oleh puluhan Para-Kombatan dan jurnalis dari berbagai media yang "menyerbu" event kopiwriting yang dihelat oleh JNE bekerja sama dengan Kompasiana dengan senjata tagar #JNEKopiwriting dan #JNEKopiwritingBanjarmasin.

Cafe Eat Boss yang lokasinya sangat strategis, berdiri di ruas jalan paling terkenal dan dikenal di Kota Banjarmasin dan Kalimantan Selatan, yaitu jalan Ahmad Yani menjadi tempat bersejarah tersebut. 

JNE Kopiwriting Banjarmasin 2019 (@kaekaha)

Selain menjadi tempat penyelengaraan, Cafe yang didominasi oleh warna hitam dan merah ini menjadi saksi bisu tidak hanya kembali bernafasnya Para-KOMBATAN, yaitu sekumpulan super hero asli Kalimantan Selatan yang mempunyai hobi menulis di Kompasiana alias Kompasianer Banua Kalimantan Selatan, tapi juga fakta agresivitas mereka ketika “menyerbu” event JNE Kopiwriting Banjarmasin dengan tidak menyisakan satupun tempat duduk kosong.

Tidak tanggung-tanggung, kehadiran Para-KOMBATAN ini, bukan semata karena kota Banjarmasin kejatuhan "durian runtuh" terpilih menjadi kota ketiga Penyelengaraan #JNEKopiwriting 2019, tapi juga berkat "kerinduan" naluriah para super hero ini untuk kembali "membumi" bersilaturahmi dengan sesama Para-Kombatan dari berbagai daerah di Kalimantan Selatan.

Para-Kombatan peserta JNEKopiwritingBanjarmasin (kompasiana)

Bukti sahih dari teori hipotesa diatas yang paling mudah untuk "dibaca" adalah fenomena kehadiran dari duo racun paling menginspirasi dari Tanah Bumbu, yaitu Guru Kita yang suka naik daun ...eh maaf, sedang naik daun maksudnya, siapa lagi kalau bukan Gus Ropingi yang sekarang merasa lebih pede dengan gelar barunya sebagai, Suro Bledek dan juga juga kehadiran sosok musisi  kawakan Tanah Bumbu yang siang itu menyamar menjadi jurnalis dan juga Kompasianer, Puja Mandela. 

Tanpa bermaksud untuk mengerdilkan usaha dan upaya peserta lain untuk menghadiri event sekelas #JNEKopiwriting yang bisa digolongkan sangat langka untuk  "singgah" di Kota 1000 Sungai ini, duo yang sepertinya lebih cocok jika dipasangkan menjadi ayah dan anak jika syuting pada program sinetron ini, patut mendapatkan apresiasi lebih. Berbeda dengan yang lain, keduanya harus ikhlas melakukan perjalanan darat sejauh lebih dari 300 km entah menggunakan apa untuk sampai ke Kota Banjarmasin dari Kabupaten Tanah Bumbu, kabupaten termuda di Kalimantan Selatan. Adakah yang seperti mereka berdua, didaerah yang lain?

Tiga generasi dalam Kombatan (dok.Kombatan)

Belum lagi “turun gunungnya” para-kombatan senior yang layaknya gula, menjadi  magnet bagi Para-Kombatan lain. Kehadiran Kiai Syarbani Haira, penulis senior yang juga sesepuh UNUKASE (Universitas NU Kalimantan Selatan dan juga Organisasi NU KalSel), budayawan Banjar Ustad Zulfaisal Putera, teman-teman penggiat Blogger Banua Ayead, Nafarin serta Sovya dan juga Para-Kombatan yang hadir sore itu, semuanya memang superhero banua.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline