Semarak Keragaman Ramadhan di Kota Banjarmasin
Berbeda dengan bulan-bulan lain baik di kalender bulan Hijriah maupun kalender bulan Masehi, bulan Ramadhan selalu menjadi bulan yang paling istimewa bagi masyarakat Kota Banjarmasin bahkan bagi masyarakat Kalimantan Selatan.
Selain sebagai bulan suci bagi umat Islam sebagai momentum terbaik untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT dengan menjalankan semua ibadah wajib dan Sunnah yang telah dicontohkan oleh Rasulullah Muhammad SAW, bulan Ramadhan merupakan bulan paling sibuk dan paling semarak bagi masyarakat Kota Banjarmasin.
Kota Banjarmasin akan semakin semarak dan bercahaya ketika bulan Ramadhan tiba, selain semakin semaraknya semua masjid, Musholla, langgar dan surau oleh aktivitas religi masyarakat Banjarmasin yang mayoritas muslim, banyak event budaya yang berbalut religi khas Urang Banjar yang hadir hanya di bulan Ramadhan, seperti Festival Pasar Wadai, Festival Bagarakan Sahur dan Festival Tanglong Hias (baik yang melalui jalur sungai maupun jalan darat).
Uniknya, semua festival budaya berbalut religi Islami diatas tidak hanya melibatkan umat Islam saja, tapi semua warga Kota Banjarmasin yang memang dikenal sebagai miniatur Indonesia semuanya merasa terlibat dan dilibatkan sesuai dengan proporsinya masing-masing.
Tanglong dan Semarak Keragaman Kota Banjarmasin
Salah satu event budaya di bulan Ramadhan yang cukup unik dan melibatkan banyak komunitas di Kota Banjarmasin adalah Festival Tanglong atau tanglung, yaitu produk budaya khas Kalimantan Selatan berupa lentera yang terbuat dari kertas sebagai bentuk adaptasi dari lampion yang dibentuk sebagai replika atau miniatur dari berbagai obyek benda yang bernuansa Islami, seperti miniatur masjid Sabilal Muhtadin, tokoh berbusana muslim, rumah adat Banjar, pohon kurma, Goa hira, hingga bentuk replika unta, bekantan dan buraq.
Menurut budayawan Banjar yang juga Kompasianer Zulfaisal Putera, Tanglong berasal dari daratan Cina. Diawali oleh Maharaja Wudi bagian dari Dinasti Han (206SM-221) yang ingin merayakan kemenangan pasukannya bersama semua rakyat dengan cara mengizinkan semua rakyat untuk bersuka ria sepanjang malam di ibu kota menyaksikan pawai lampu berhias yang disebut Yuanxiaojie atau Pesta Tanglong, sejenis "Chinese Valentine's Day" yang dirayakan pada hari ke-15 disetiap bulan lunar pertama.
Tradisi tanglong, diyakini masuk ke Kalimantan Selatan seiring dengan hadirnya Islam di tanah Banjar sejak 5 (lima) abad yang lalu. Diawali dengan tradisi atau kebiasaan Badadamaran masyarakat Banjar, yaitu menyalakan sejenis obor dengan bahan bakar dari getah kayu damar di halaman rumah dan di pinggir jalan sejak malam 21 Ramadan hingga menjelang Lebaran.