Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Baqarah : 261)
Allah SWT memuliakan orang-orang yang bersedekah. Dia menjanjikan banyak keutamaan dan balasan yang menakjubkan bagi orang-orang yang gemar dan ikhlas bersedekah karena-Nya. Terdapat ratusan dalil yang menceritakan keberuntungan, keutamaan dan kemuliaan orang-orang yang bersedekah, salah satunya adalah ayat Alquran yang menjelaskan tematik matematika sedekah diatas.
Ayat QS. Albaqarah : 261 tersebut menjadi salah satu dalil kuat yang menjadi motivasi semua umat Islam untuk tidak ragu menafkahkan harta sebanyak-banyaknya di jalan Allah, apalagi di bulan Ramadhan dimana pahala amalan akan dilipatgandakan oleh Allah SWT.
Sayang, perintah Allah SWT yang mempunyai dimensi sangat luas yang sebenarnya secara sunatullah pasti membawa kebaikan dan keberkahan bagi proses muamallah baik antar sesama makhluk (hablumminannas) maupun antara makhluk dengan Tuhannya (hablummiallah) ini, dalam perjalanannya justeru banyak "dimodifikasi" oleh oknum "umat" untuk kepentingan-kepentingan menyimpang.
Salah satu indikasinya adalah munculnya fenomena "banjir" pengemis dan tandemnya "gelandangan" yang biasa disebut gepeng di kota-kota saat datangnya bulan suci Ramadhan. Siapa mereka? Apa motivasi mereka?
Permasalahan gepeng bukanlah domain dari kota tempat tinggal saya atau kota anda saja, berita dari berbagai media sejak dua dekade terakhir menyebutkan hampir semua kota di seluruh Indonesia bahkan dunia mengalami hal serupa dan mungkin yang paling mengejutkan sekaligus membuka mata kita saat itu adalah fakta yang diungkap oleh Harian Jawa Pos, media nasional dari Surabaya terbitan Kamis, 12 Juni 2008.
Dalam publikasi hasil investigasi terhadap "jaringan" gepeng yang beroperasi di Surabaya, didapati fakta-fakta mengejutkan yang benar-benar bikin heboh dunia saat itu, seperti omset perbulan jaringan gepeng yang mencapai puluhan juta rupiah (angka ini jauh melebihi gaji buruh pabrik di Surabaya yang lembur terus menerus selama 1 bulan tanpa istirahat, bayangkan!)
Luar biasanya lagi, pimpinan jaringan yang akrab dipanggil Cak To yang konon lahir dan besar dari keluarga pengemis itu sudah mempunyai kendaraan dinas berupa Honda CRV, dua sepeda motor Honda Supra Fit dan 4 (empat) buah rumah yang dibangun di Semarang, Surabaya dan Madura yang kesemuanya didapat dari hasil mengemis!
Bagaimana generasi muda tidak mudah terserang mental miskin jika melihat fakta ini? Karena ternyata mengemis lebih menjanjikan dari pekerjaan terhormat lainnya! Satu hal lagi, fakta ini menunjukkan bahwa keberadaan jaringan gepeng itu benar adanya dan tidak menutup kemungkinan di kota kita!
Membaca laporan aktual dari Jawa Pos tersebut, tentu membuka mata kita tentang fenomena gepeng yang sebelumnya tidak pernah terpikirkan oleh siapapun. Siapa yang menduga dan menyangka faktanya seperti itu, walaupun mungkin memang masih ada gepeng asli yang memang bener-benar gepeng yang sebenarnya. Fakta inilah yang saya maksudkan dengan "oknum" umat yang memodifikasi perintah-perintah suci dari Tuhannya untuk kepentingan-kepentingan dunia yang menyimpang. Semisal memodifikasi "makna" hadis tentang keutamaan sedekah berikut,