Lihat ke Halaman Asli

kaekaha

TERVERIFIKASI

Best in Citizen Journalism 2020

Ketika Hidup Harus Berbagi Ruang dengan Binatang-binatang Liar

Diperbarui: 18 Januari 2021   11:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Biawak Seukuran Manusia Dewasa di Komplek Kami (@kaekaha/dokpri)

Pulau Kalimantan, pulau milik tiga negeri serumpun yang dikenal sebagai paru-paru dunia ini, sejak dulu dikenal dengan alam liarnya yang eksotis dan menantang. Hutan perawan yang belum terjamah manusia, ragam fauna liar dengan berbagai senjata mematikan yang hidup bebas Pserta serangkaian selimut misteri yang sepertinya akan tetap menjadi bagian tidak terpisahkan dari eloknya bumi Borneo.

Di tepian Kota Banjarmasin, Ibu Kota Kalimantan Selatan tempat tinggal saya dan keluarga,  meskipun sangat jauh dari hutan perawan dengan segala “keindahan” yang ada didalamnya, tetap saja masih menyisakan beberapa fenomena kehidupan alam liar khas Pulau Kalimantan, khususnya  kontak dengan beberapa binatang liar yang bila tidak diwaspadai secara  bijaksana bisa membahayakan. Inilah beberapa jenis binatang “tidak biasa” yang sering muncul bahkan mengajak saya dan keluarga saya untuk berinteraksi dengannya.

Berang-berang
Saya pertama kali melihat secara langsung mamalia buas yang tergolong binatang karnivora ini di jalanan Komplek perumahan tepat di depan rumah saya, sekitar jam 23.00 WITA.

Gerombolan empat ekor dewasa mamalia semiaquatik yang cukup cerdas ini saat itu terlihat berjalan dengan dua kaki alias berdiri secara beriringan tanpa suara sama sekali. Kalau tidak salah tinggi mereka sekitar 1 meter lebih sedikit (sayang tidak sempat di dokumentasikan)

Awalnya saya mengira mereka itu gerombolan anjing, karena selain warna hitam pekat pada bulu ukuran badannya kurang lebih juga sama dengan anjing dewasa. Tapi setelah melihat cara berjalan dan bentuk tubuhnya saya baru menyadari ini bukan anjing, tapi jenis binatang lain! Feeling saya hanya mengatakan kalau ini binatang buas, makannya saya memilih diam tidak bergerak dari tempat duduk saya yang hanya berjarak tidak lebih dari dua meter saja. 

Baru beberapa hari kemudian dari penuturan Pak Ahad, satpam paling senior di Komplek yang bertugas di RT kami yang kebetulan memang warga asli kampung tempat Komplek berdiri, saya mengetahui kalau rombongan binatang yang saya lihat itu adalah berang-berang, binatang yang bisa menyerang manusia secara keroyokan jika merasa terganggu dan terdesak. 

Tidak ketinggalan bapak satpam ini juga menceritakan nasib tetangganya yang hampir tewas di serang gerombolan berang-berang saat  sendirian di sawah padahal siang hari, hanya beberapa hari setelah dia berhasil menangkap seekor berang-berang yang merusak keramba jala apungnya.


Malam itu, saya benar-benar terkejut melihat rombongan binatang buas yang suka menyerang musuhnya secara keroyokan itu tiba-tiba lewat di depan saya dengan santainya. Padahal jalanan Komplek di depan rumah saya yang terbuat dari susunan paving blok ini meskipun relatif sepi tapi masih menjadi jalur utama lalu-lalang penghuni Komplek termasuk satpam yang ngepos hanya sekitar sepuluh meter dari rumah yang setiap satu jam sekali selalu keliling komplek. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline