Eksotika budaya suku Dayak di Pulau Kalimantan telah tersohor ke seantero dunia. Semua aspek kehidupan masyarakat Dayak yang terbagi dalam ratusan sub-suku dan tersebar hampir di seluruh bumi Borneo, sepertinya tidak akan pernah habis untuk menghadirkan pesona bagi siapapun yang pernah menyapa dan bersua dengannya.
Baca Juga : Ada Wisata "Kampoeng Ahok" di Belitung
Salah satu sub-suku Dayak yang terkenal mempunyai pesona budaya "fenomenal" adalah Sub Suku Dayak Kayan yang mendiami kawasan Desa Miau Baru, Kecamatan Kung Beang atau sekarang lebih dikenal masyarakat dengan nama Kecamatan Kong Beng, Kabupaten Kutai Timur, Kalimantan Timur. Seperti halnya Sub Suku Dayak Kayan lainnya di Kalimantan Timur, Mereka dikenal dengan seni ukirannya yang unik, eksotis, khas dan full colour.
Keahlian masyarakat Dayak Kayan, khususnya yang tinggal di Desa Miau Baru dalam hal ukir-mengukir bisa kita lihat di beberapa bangunan publik milik desa, seperti Lumbung padi (lepo parai) , Lamin atau balai adat, termasuk regol atau pintu gerbang cantik yang dibangun di setiap jalan masuk kampung. Bahkan beberapa bangunan pribadi seperti makampun juga tidak luput dari kreasi kreatif dari pemahat-pemahat Suku Dayak Kayan yang sangat kreatif.
Baca Juga : Asyiknya Menyusuri Rawa-rawa dan Memanen Ikan Segar di Banjarmasin
Suku Dayak Kayan yang tinggal di Desa Miau Baru merupakan suku Dayak dari rumpun Kenyah-Kayan-Bahau yang aslinya berasal dari Sarawak, Kalimantan Utara (Sekarang masuk wilayah Malaysia).
Menurut sejarah, pertama kali memasuki wilayah Kalimantan Timur mereka menetap di daerah Apau Kayan di DAS Kayan sekitar 3 abad atau sekitar 300 tahun lamanya.
Tapi karena kawasan Apau Kayan sangat tertinggal dan terisolir, ditambah dengan alasan perang antar suku serta keinginan untuk mencari daerah yang lebih subur, mereka bermigrasi menuju daerah-daerah yang lebih maju agar dapat lebih berkembang kehidupannya.
Sekitar akhir tahun 60-an, mereka akhirnya menemukan daerah yang menurut mereka sangat cocok yaitu di daerah aliran sungai Wahau yang saat itu masuk wilayah kekuasaan Suku Dayak Wehea di Kabupaten Kutai Timur dan populasi terbanyak ada di Desa Miau Baru. Pada tahun 1997 Desa Miau Baru diresmikan sebagai desa definitif.
Sekarang Desa Miau Baru telah bertransformasi menjadi destinasi pariwisata budaya yang sangat menarik. Potensi pariwisata desa yang terletak di daerah perbatasan antara Kabupaten Kutai Timur dan Kabupaten Berau ini relatif beragam walaupun semuanya bermuara pada aspek kehidupan masyarakat Dayak Kayan khususnya dari sisi religi dan spiritual yang identik dengan berbagai ritual dan upacara-upacara adat.
Baca Juga : [Wisata Banua] Menemukan "Pasar Terapung Lok Baintan" dari Jalur Darat
Secara fisik, daya tarik utama dari Desa Miau Baru adalah keberadaan Balai Adat atau Lamin Adat Lakeq Bilung Jau yang menjadi pusat dari aktifitas sosial dan spiritual masyarakat setempat. Kalau ingin mendapatkan cerita dan berita update terkait travelling, follow saja akun media sosial Pegipegi berikut, FB : @Pegipegi, IG : @pegi_pegi, Twitter : @pegi_pegi dijamin nggak bakalan kuper dah! Akan banyak promo tiket pesawat, kereta api juga hotel yang menunggumu!