SIAMO TUTTI FRATELLI, Kita semua Barsaudara!
Kalimat legendaris yang berasal dari Bahasa Italia yang maknanya Kita Semua Bersaudara tersebut, tentu sudah akrab ditelinga para penggiat Palang Merah maupun Bulan Sabit Merah di seluruh penjuru dunia, termasuk Indonesia. Kalimat SIAMO TUTTI FRATELLI diperkenalkan oleh Henry Dunnant, salah satu pendiri Internatonal CommitteOf The Red Cross (ICRC) atau Organisasi Palang Merah International. Kalimat yang terasa full Humanity tersebut di ucapkan, oleh Sir Henry Dunnant untuk membangkitkan semangat serta membuka mata hati para sukarelawan yang diterjunkan dalam misi penyelamatan korban perang antara Perancis dengan Austria di daerah Solferino, Lambordi tahun 1859, agar para relawan bekerja secara maksimal dan professional dengan memberikan pelayanan semaksimal mungkin kepada semua korban perang, tanpa harus membeda-bedakan kawan maupun lawan.
Banyaknya korban perang Solferino yang tidak tertangani inilah yang kelak menjadi inspirasi Henry Dunnant dengan beberapa koleganya mendirikan ICRC atau Komite Palang Merah Internasional.
Sampai detik ini, kalimat SIAMO TUTTI FRATELLI masih sangat relevan digunakan menjadi mantra sugesti untuk menjembatani berbagai persoalan dan perselisihan yang terjadi diantara berbagai kepentingan di muka bumi. Demikian juga di Indonesia, kedalaman makna dari kalimat SIAMO TUTTI FRATELLI tidak hanya menjadi slogan bagi berbagai kesatuan organisasi kepalang merahan dan bulan sabit merah, tapi telah menjadi sumber inspirasi sekaligus sumber spirit dalam melaksanakan tugas-tugas kemanusiaan di berbagai tempat.
SIAMO TUTTI FRATELLI dan Semangat Berbagi
Pada dasarnya manusia adalah makhluk individual, dimana masing-masing manusia diciptakan oleh Allah SWT dengan ciri (fisik) dan pribadi (kejiwaan/psikologis) yang berbeda satu sama lain. Tidak ada satupun manusia di muka bumi ini yang diciptakan Allah SWT dalam keadaan sama persis. Masing-masing pasti mempunyai ciri atau tanda fisik, sifat, perilaku, pola pikir yang khas sebagai pembeda satu sama lainnya.
Dalam perjalanannya, manusia akan bertemu dengan berbagai keperluan dan kepentingan. Keperluan untuk memenuhi kebutuhan dasar (primer) yaitu sandang, pangan dan papan. Kebutuhan untuk hidup sehat, kendaraan, hiburan, informasi , komunikasi dll (sekunder). Makanan enak, rumah mewah, pakaian bermerk dll (tersier).
Memang, contoh klasifikasi kebutuhan manusia tidaklah absolut, artinya bisa saja bagi si-A internet adalah barang mewah, karena si-A tidak memerlukan sama sekali jaringan internet untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tapi bagi si-B internet bisa jadi merupakan kebutuhan primer, karena si-B pekerjaanya adalah seorang wartawan yang harus selalu mengirimkan berita up to date ke redaksi tempat si B bekerja. Itulah bukti manusia sebagai makhluk Individu. Masing-masing punya keperluan dan kepentingan yang berbeda-beda.
Sebagai makhluk individu yang mempunyai berbagai keperluan dan kepentingan, tentu manusia tidak bisa memenuhi sendiri semua keperluan dan kepentingannya. Sebagai contoh, tentu sangat sulit bagi si-A yang berprofesi sebagai karyawan di sebuah pabrik harus menanam padi dan merawatnya sampai panen untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari, begitu pula hampir tidak mungkin kalau si-B harus menangkap ikan di laut sendiri ketika dia perlu ikan untuk lauk pauk teman makan sehari-hari.
Untuk itulah, ketika manusia berdiri sebagai makhluk individu saat itu juga manusia juga berposisi sebagai makhluk sosial, yaitu makhluk yang memerlukan makhluk lain (manusia) sebagai pelengkap untuk memenuhi semua keperluan dan kepentingan bagi kelangsungan hidupnya.
Jadi, memang sudah menjadi kodratnya seorang manusia yang hidup di dunia memerlukan manusia lain untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Tidak akan pernah ada seorang manusia bisa hidup normal tanpa ada peran serta campurtangan manusia lain di sekitarnya. Inilah yang dimaksud bahwa manusia juga dikodratkan sebagai makhluk sosial.