Lihat ke Halaman Asli

Perekonomian Jambi Lesu dan Menyikapi Fenomena Deflasi 2015

Diperbarui: 17 November 2017   11:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ekonomi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Caruizp

Awal Februari 2015, Pemerintah melalui BPS melaporkan fenomena menarik. Inflasi Januari 2015 minus sebesar 0,24 persen. 51 dari 82 kota penghitung inflasi di seluruh Indonesia pun melaporkan hal yang sama. Provinsi Jambi diwakili Kota Jambi dan Bungo juga mengalami inflasi minus, yaitu -0,89 % dan -0,53 %. Kondisi ini menarik karena sejak tahun 1973, baru tiga kali Indonesia mengalami inflasi Januari minus, yaitu tahun 1973, 2009 dan 2015. Apa yang sebenarnya terjadi sehingga kejadian langka ini muncul?

Inflasi minus, sering disebut dengan deflasi, adalah kecenderungan terjadinya penurunan harga secara menyeluruh (a decrease in the overall level of prices). Sekilas deflasi ini menguntungkan konsumen. Harga-harga menjadi turun. Namun seperti inflasi, deflasi pun harus menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah. Deflasi menjadi momok dalam perekonomian. Karena gejala deflasi bisa dibaca sebagai kelesuan perekonomian. Deflasi juga ancaman serius terhadap upaya penanggulangan pengangguran di suatu negara atau daerah.

Hantu Baru Perekonomian Dunia

Deflasi layak dianggap sebagai hantu baru perekonomian dunia. Bahaya dan dampak dari deflasi kini membayangi perekonomian dunia. Harga minyak dunia turun tajam. Ini mengakibatkan Zona Euro mengalami deflasi desember 2014 sebesar -0,2%. Inggris, Jepang, bahkan Amerika Serikat mengalami perlambatan inflasi yang significant disebabkan hal yang sama.  Inggris mengalami tingkat inflasi terendah sejak tahun 2000. Amerika Serikat mengalami perlambatan bulanan tertajam dalam 6 tahun terakhir.

Deflasi global pun kini mulai berdampak terhadap penetapan upah. Di Amerika Serikat dan Inggris, rata-rata upah per jam mengalami penurunan.  Di Jepang, upah pekerja pun tidak pernah tumbuh. Ada bukti juga bahwa deflasi juga berpengaruh terhadap harga aset. Harga rumah jatuh di Cina, Zona Euro, Jepang dan Singapura. Sedangkan di Inggris dan Amerika Serikat harga rumah juga mengalami perlambatan. Harga ekuitas (saham) global juga jatuh 5% dibanding puncaknya pada awal Juli 2014. Singkatnya, hantu deflasi mulai menyebar ke banyak aspek perekonomian didunia.

Dalam ekonomi klasik, deflasi ini disebabkan oleh kombinasi penawaran-permintaan barang dan uang. Persediaan uang di masyarakat turun, permintaan barang turun, sedangkan persediaan barang meningkat dan permintaan uang meningkat. Maka terjadilah fenomena turunnya harga-harga.

Ekonom Harvard, N. Gregory Mankiw menyampaikan teori tentang dampak dari deflasi. Penurunan harga akan menyebabkan pendapatan sektor bisnis akan menurun. Keuntungan pengusaha turun menyebabkan perusahaan melakukan rasionalisasi/penghematan dengan cara pengurangan gaji pekerja bahkan dengan lay off atau Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Permasalahan baru muncul dengan pengangguran yang meningkat. Pendapatan yang diterima pekerja berkurang, menyebabkan jumlah uang beredar di masyarakat berkurang. Pola konsumsi berubah. Iklim usaha jadi tidak ramah lagi. Jika iklim usaha tidak menguntungkan lagi, maka pengusaha bisa relokasi usahanya ke tempat yang lebih bagus. Investor-investor baru juga tidak akan datang ke negara atau daerah seperti ini.

Deflasi sebenarnya bukan barang baru. Perekonomian Amerika Serikat tahun 1930an pernah terjerumus dalam jurang deflasi panjang sehingga terkenal dengan Great Depression.Jepang selama dasawarsa 1990an mengalami downturn. China juga mengalami deflasi. Namun turunnya harga-harga membuat China justru menjadi raksasa ekonomi. Upah tenaga kerja rendah, jumlah tenaga kerja yang melimpah mengakibatkan biaya produksi rendah. Ini menarik investor berebut masuk ke China. Akhirnya, barang-barang China membanjiri pasar dunia. Dimulai dengan deflasi dan berakhir dengan prestasi.

Deflasi Provinsi Jambi

Fenomena deflasi global memang terjadi jauh di luar negeri. Namun dalam perekonomian modern, dunia tanpa batas. Fenomena deflasi yang terjadi di Provinsi Jambi jika dibiarkan bisa menjadi pintu masuk kelesuan perekonomian. Kontraksi ekonomi bisa menyebabkan permasalahan baru.

Untuk itu, kita harus telisik penyebab deflasi di Provinsi Jambi. BPS Provinsi Jambi melaporkan, deflasi di Jambi disebabkan tiga kelompok barang. Kelompok bahan makanan, kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan serta kelompok pendidikan, rekreasi dan olahraga.  Penyebab utama deflasi di bulan Januari 2015 adalah turunnya harga bensin, solar, cabai besar dan cabai rawit. Tiket angkutan udara, batubata, dan harga laptop/netbook turut menyumbang terjadinya deflasi. Bahkan deflasi diperparah dengan turunnya harga ikan nila, buah-buahan (jeruk, tomat buah dan apel) serta sayuran (kacang panjang, daun singkong).

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline