Lihat ke Halaman Asli

kadlina

Mahasiswa Magister Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Esa Unggul

Implementasi Ekonomi Rendah Karbon di Indonesia

Diperbarui: 6 Juli 2024   20:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Alam dan Teknologi. Sumber ilustrasi: PEXELS/Anthony

Pendahuluan

Pembangunan ekonomi di Indonesia telah mengalami pertumbuhan yang signifikan dalam beberapa dekade terakhir. Namun, pertumbuhan ini sering kali mengorbankan lingkungan, dengan peningkatan emisi gas rumah kaca (GRK) dan degradasi sumber daya alam. Perubahan iklim yang diakibatkan oleh emisi GRK telah menjadi ancaman serius yang memerlukan tindakan segera. Oleh karena itu, Indonesia telah berkomitmen untuk menerapkan strategi ekonomi rendah karbon guna mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan sambil mempertahankan pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Ekonomi rendah karbon adalah pendekatan pembangunan yang bertujuan untuk mengurangi emisi GRK dengan memanfaatkan teknologi bersih dan praktik berkelanjutan. Strategi ini melibatkan berbagai sektor, termasuk energi, transportasi, kehutanan, dan pertanian, dengan tujuan untuk menciptakan sistem ekonomi yang efisien dan ramah lingkungan. Dalam konteks Indonesia, penerapan ekonomi rendah karbon sangat penting mengingat negara ini adalah salah satu penghasil emisi GRK terbesar di dunia. Pemerintah Indonesia telah menunjukkan komitmen yang kuat dengan mengadopsi berbagai kebijakan dan inisiatif untuk mengurangi emisi dan memperbaiki kondisi lingkungan.

Namun, implementasi ekonomi rendah karbon di Indonesia bukan tanpa tantangan. Hambatan struktural, kebutuhan investasi yang besar, dan resistensi terhadap perubahan dari berbagai sektor merupakan beberapa kendala yang harus diatasi. Meski demikian, manfaat jangka panjang dari penerapan ekonomi rendah karbon jauh lebih besar dibandingkan biaya yang harus dikeluarkan. Dengan upaya yang konsisten dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat, Indonesia dapat mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan yang tidak hanya menguntungkan secara ekonomi tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan untuk generasi mendatang.

Pembahasan

Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan dan program untuk mendukung pembangunan rendah karbon. Salah satu pilar utama adalah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024 yang mencakup strategi untuk mengurangi intensitas emisi GRK per unit PDB. Pemerintah juga telah mengembangkan Perencanaan Pembangunan Rendah Karbon yang bersifat holistik, integratif, tematik, dan spasial (HITS) sebagai kerangka kerja utama untuk pelaksanaan program-program ini. Langkah-langkah ini menunjukkan komitmen kuat dari pemerintah untuk mengintegrasikan prinsip-prinsip rendah karbon ke dalam rencana pembangunan nasional.

Sejumlah proyek percontohan telah dilaksanakan di berbagai sektor untuk menguji dan mengembangkan teknologi serta praktik rendah karbon. Misalnya, di sektor energi, program pemanfaatan biogas untuk rumah tangga telah membantu mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan mengurangi emisi GRK. Di sektor kehutanan, rehabilitasi hutan dan pengelolaan hutan berkelanjutan menjadi fokus utama untuk meningkatkan kapasitas penyerapan karbon dan mencegah deforestasi. Selain itu, upaya konservasi ekosistem blue carbon, seperti mangrove dan lamun, juga berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi GRK dan melindungi keanekaragaman hayati.

Dukungan finansial dan teknis dari komunitas internasional juga memainkan peran penting dalam keberhasilan implementasi ekonomi rendah karbon di Indonesia. Berbagai inisiatif, seperti Green Climate Fund dan Dana Perwalian Perubahan Iklim Indonesia (ICCTF), telah menyediakan dana dan sumber daya untuk mendukung proyek-proyek rendah karbon. Kolaborasi ini tidak hanya membantu mengatasi keterbatasan dana domestik tetapi juga membawa pengetahuan dan teknologi baru yang diperlukan untuk mencapai target emisi yang ambisius.

Meskipun ada banyak kemajuan, tantangan masih tetap ada. Ketergantungan pada batu bara sebagai sumber energi utama adalah salah satu masalah terbesar. Batu bara masih menyumbang sebagian besar produksi listrik di Indonesia, dan transisi ke sumber energi yang lebih bersih seperti energi terbarukan memerlukan investasi besar serta perubahan kebijakan yang signifikan. Selain itu, resistensi dari industri dan masyarakat yang sudah terbiasa dengan praktik-praktik konvensional juga perlu diatasi melalui edukasi dan insentif yang tepat.

Peran masyarakat juga sangat penting dalam mendukung implementasi ekonomi rendah karbon. Kesadaran dan partisipasi aktif masyarakat dapat mempercepat adopsi praktik-praktik berkelanjutan. Program-program edukasi dan kampanye kesadaran lingkungan yang dilakukan oleh pemerintah dan organisasi non-pemerintah (LSM) sangat membantu dalam mengubah pola pikir dan perilaku masyarakat menuju gaya hidup yang lebih ramah lingkungan. Partisipasi masyarakat dalam program-program seperti pengelolaan sampah berbasis komunitas dan penggunaan energi terbarukan di tingkat rumah tangga telah menunjukkan hasil yang positif dalam mengurangi emisi GRK.

Keberhasilan implementasi ekonomi rendah karbon juga memerlukan sinergi antara berbagai sektor. Pemerintah perlu bekerja sama dengan sektor swasta, akademisi, dan LSM untuk menciptakan inovasi dan solusi yang efektif. Misalnya, kerjasama antara perusahaan energi terbarukan dan pemerintah dapat mempercepat pengembangan infrastruktur energi bersih. Sementara itu, penelitian dan pengembangan oleh universitas dan lembaga penelitian dapat memberikan dasar ilmiah yang kuat untuk kebijakan dan program rendah karbon. Dengan kolaborasi yang efektif, Indonesia dapat mencapai target pengurangan emisi dan pembangunan berkelanjutan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline