Lihat ke Halaman Asli

Kadir Ruslan

TERVERIFIKASI

PNS

Sang Jenderal Semut

Diperbarui: 24 Juni 2015   02:24

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13908251031620216826

Seolah luput dari perhatian publik, Badan Urusan Logistik (Bulog) ternyata tidak mengimpor beras sepanjang tahun lalu. Dengan kata lain, swasembada beras berhasil direngkuh. Sebuah keberhasilan yang patut diapresiasi, bahkan dirayakan.

Keberhasilan ini tak lepas dari dua hal, yakni produksi padi/beras yang melimpah dan moncernya kinerja Bulog dalam menyerap produksi beras/gabah petani.

Tahun lalu, produksi padi nasional mencapai 70,9 juta ton gabah kering giling (GKG) atau setara dengan 45 juta ton beras. Sementara itu, stok beras di gudang-gudang Bulog hingga akhir tahun mencapai 3,6 juta ton.

Produksi beras yang melimpah dan maksimalnya kinerja Bulog dalam menyerap produksi beras/gabah petani menjadikan harga beras di pasar sepanjang tahun lalu relatif stabil. Nyaris tidak terjadi gejolak harga yang berarti. Hebatnya, hal ini dicapai dengan tanpa mengimpor beras dari luar negeri.

Dalam soal keberhasilan Bulog menstabilkan harga beras sepanjang tahun 2013—tanpa mengimpor –ada satu sosok yang menarik untuk diulas. Ia boleh dibilang merupakan tokoh kunci dibalik keberhasilan Bulog sepanjang tahun lalu. Siapa lagi kalau bukan Kepala Bulog Sutarto Alimuso atau kerap disapa pak Tarto.

[caption id="attachment_318698" align="alignnone" width="620" caption="Kepala Bulog Sutarto Alimuso. Sumber: Pacitan.com"][/caption]

Sebagai Kepala Bulog, sosok pak Tarto memang menarik. Konon, ketika Dahlan Iskan (DI) menjadi Menteri BUMN menggantikan Mustafa Abu Bakar pada tahun 2011, pak Tarto termasuk salah satu pimpinan BUMN yang direncanakan untuk diganti oleh DI.

Alasannya, kinerja mantan Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Kementerian Pertanian, ini dianggap kurang memuaskan. Belum lagi isu KKN seputar pengangkatannya sebagai Kepala Bulog. Maklum pak Tarto adalah adik kelas pak SBY ketika bersekolah di SMA Negeri 1 Pacitan.

Singkat cerita, setelah DI berjumpa dan berdiskusi dengan pak Tarto, ia tak jadi menggantinya. Ia jatuh hati padi pak Tarto yang menurutnya jujur dan memiliki integritas. Alhasil, DI akhirnya memberi kesempatan kepada pak Tarto untuk membuktikan bahwa ia mampu membawa Bulog lebih baik lagi bila diberi iklim manajemen yang baik.

Dan, keputusan DI saat itu ternyata tidak salah. Tahun lalu, pak Tarto telah memenuhi janjinya. Bulog berhasil menstabilkan harga beras di dalam negeri tanpa harus mengimpor, dan pengadaan beras oleh Bulog dari produksi dalam negeri mencapai 3,6 juta ton, tertinggi sepanjang sejarah.

Salah satu gebrakan yang dibuat pak Tarto untuk memaksimalkan kinerja Bulog dalam menyerap produksi beras/gabah petani adalah dengan membentuk “pasukan semut” dengan pak Tarto sendiri sebagai jenderalnya. Pasukan semut ini bertugas untuk membeli beras dari petani secara langsung. Sesuatu yang selama ini tidak pernah dilakukan oleh Bulog.

Hebatnya, pak Tarto tidak hanya duduk memberi perintah dari balik meja, tapi ia juga turun langsung ke lapangan memimpin pasukannya. Gebrakan ini ternyata sangat efektif sehingga menjadikan stok beras di gudang-gudang Bulog sangat melimpah.

Semoga keberhasilan ini bisa tetap dipertahankan pada tahun 2014! (*)




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline