Lihat ke Halaman Asli

Kadir Ruslan

TERVERIFIKASI

PNS

Hasil Sensus Penduduk: Laki-laki Indonesia Enggan Menikah di Usia Dini

Diperbarui: 26 Juni 2015   00:07

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Anda tentu masih ingat dengan sensus penduduk yang dilakukan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Mei 2010 lalu (SP2010). Dua hari yang lalu (1/11), hasil lengkap cacah jiwa yang telah menghabiskan hampir 4 triliun duit negara, dan melibatkan sekitar 500 ribu petugas itu, telah dirilis. Jika Anda tertarik dan berkenan silahkan kunjungi laman berikut http://sp2010.bps.go.id untuk meilhat-lihat.

Tulisan ini akan mengulas beberapa poin yang baru saja dirilis, yakni rata-rata umur kawin pertama, serta komposisi penduduk Indonesia menurut umur dan jenis kelamin yang tersaji dan diringkas dalam bentuk piramida penduduk.

Rata-rata umur kawin pertama

Umur kawin pertama merupakan variabel yang sangat penting dalam memengaruhi kesempatan hidup dan laju pertumbuhan penduduk. Hasil SP2010 menunjukkanrata-rata umur kawin pertama penduduk laki-laki sebesar 25,7 tahun dan perempuan 22,3 tahun (perhitunganSingulate Mean Age at Marriage/SMAM). Kondisi ini semakin mendekati apa yang terjadi di negara-negara maju. Di Amerika Serikat misalnya, saat ini laki-laki cenderung memilih untuk menikah di usia 28 tahun, sedangkan wanita di usia 26 tahun.

Rata-rata umur kawin pertama sebesar 22,3 tahun untuk perempuan merupakan statistik yang cukup baik, meskipun masih perlu ditingkatkan. Dengan umur kawin sebesar ini, jumlah kelahiran tidak akan terlalu tinggi. Hal yang sangat penting dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk.

Sementara itu, umur kawin pertama untuk laki-laki sebesar 25,7 tahun menunjukkan anggapan bahwa selama ini laki-laki lebih memilih menunda untuk menikah tampaknya memang benar adanya. Ini juga pada dasarnya merupakan statistik yang bagus, karena umumnya pria menunda untuk menikah karena alasan-alasan untuk memperoleh kualitas hidup yang lebih baik di masa yang akan datang, misalnya kemapanan secara finansial.

Kondisi rata-rata umur kawin pertama di atas juga merupakan indikasi adanya perspektif yang lebih baik mengenai nilai anak ketika membangun sebuah kelurga. Di mana anak tidak lagi dipandang sebagai sumber kesejahteraan (welfare) orangtua, tetapi sebagai cost, serta membutuhkan investasi yang lebih dalam hal pendidikan dan kesehatan.

Piramida penduduk menjanjikan

Hasil SP2010 menunjukkan piramida penduduk Indonesia berbentuk stupa atau kubah masjid. Bentuk yang boleh dibilang sangat indah. Yang indah bukan hanya bentuknya, tetapi juga informasi yang tersaji pada piramida tersebut. Saya katakan indah, karena informasi tersebut menunjukkan prediksi bahwa Indonesia akan menjadi negara kekuatan ekonomi dunia pada tahun 2025 bukan sekedar mimpi.

[ ]

Piramida penduduk hasil SP2010 menunjukkan penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh penduduk usia muda. Di mana sebagian besar mereka sedang mengenyam pendidikan formal, mulai dari SD hingga perguruan tinggi. Dan dalam 5-15 tahun ke depan dipastikan mereka akan meramaikan pasar tenaga kerja, berpartisipasi secara riil memajukan bangsa ini. Partisipasi mereka dalam pembangunan tentu merupakan modal berharga untuk mengawal linieritas pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Di tengah prospek perekonomian bangsa ini yang kian menjanjikan─pendapatan per kapita yang terus tumbuh─fakta di atas semakin meyakinkan kita bahwa mimpi Indonesia menjadi negara maju di tahun 2025 bakal terwujud. Jika kinerja pertumbuhan eknomi saat ini bisa terus dipertahankan, bahkan ditingkatkan hingga menyentuh level 8 persen per tahun, dapat dipastikan kita akan menjadi negera superior di tahun 2025 nanti.

Saat ini, rasio ketergantungan (dependency ratio) penduduk Indonesia adalah 51,31. Angka ini menunjukkan bahwa setiap 100 orang usia produktif (15-64 tahun) terdapat sekitar 51 orang usia tidak produkif (0-14 dan 65+). Itu artinya, beban tanggungan penduduk usia produktif saat ini relatif kecil, dimana 1 orang usia tidak produktif menjadi beban bagi 2 orang usia produktif. Jika dianalogikan dengan sebuah keluarga, dalam kondisi ideal, dua orang yang bekerja hanya menanggung satu orang yang tidak bekerja (penduduk usia 0-14 dan 65+).

Dan jika laju pertumbuhan penduduk saat ini yang mencapai 1,49 persen per tahun bisa dikendalikan atawa diturunkan, diperkirakan dalam 5-15 tahun ke depan, dalam sebuah keluarga beranggotakan lima orang, empat orang yang bekerja hanya akan menanggung satu orang yang tidak bekerja. Pada kondisi seperti ini, bisa dibayangkan betapa sejahteranya negara kita.

*****

Data-data dari BPS




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline