Lihat ke Halaman Asli

Kadir Ruslan

TERVERIFIKASI

PNS

Ketika Gudang Bulog Sudah Dipenuhi Beras Impor

Diperbarui: 26 Juni 2015   02:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Saat ini, Indonesia adalah konsumen beras terbesar di dunia. Dalam satu tahun, orang Indonesia mengkonsumsi tidak kurang dari139 kilogram beras. Tingginya konsumsi beras menjadikan ketersedian stok berasdalam negeriyang mencukupi adalah keharusan untuk menjamin stabilitas harga beras di pasaran.

Jika beras langka, maka dapat dipastikan harganya akan meroket. Kalau sudah sepertiini, situasinya bisa gawat. Karena dapat memacu inflasi dan memukul telak daya beli penduduk miskin─jumlah orang miskin kemungkinan besar akan naik, karena sebagain besar pendapatn mereka dialokasikan untuk membeli beras. Dan perlu diketahui, sebagian besar petani kita─yang juga miskin─adalah net consumer. Meskipun penghasil beras, mereka juga membeli beras dengan harga pasar untuk konsumsi sehari-hari.

Di Indonesia, Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Perum Bulog) adalah instansi yangdiserahi tanggungjawab untuk menjamin amannya bantalan stok beras dalam negeri. Dalam prakteknya, dengan menggunakan dana APBN, cadangan beras di gudang-gudang Bulog dipenuhi dengan membeli beras dan gabah dari petani sesuai harga pasar dan atau mengimporberas dari luar negeri. Untuk yang terakhir, idealnya dilakukan ketika daya serap Bulog terhadapproduksi beras dan gabah petani sudah dimaksimalkan, dan ternyata stok beras dalam negeri belum aman untuk menjamin stabilitas harga beras di pasaran.

Untuk memperkuat cadangan beras nasional, pada tahun ini, kuota impor yang diberikan pemerintah kepada Bulog mencapai 1,5 juta ton. Impor sebesar ini dilakukan sebenarnya bukan karena Indonesia defisit beras. Tetapi untuk penguatan cadangan beras dalam negeri, sehingga pemerintah bisa lebih percaya diri untuk menjamin stabilitas harga beras di pasaran.

Jika menengok data statistik, tahun ini sebenarnya produksi beras dalam negeri melimpah. Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi pada tahun ini mencapai 68,06 juta ton gabah kering giling (GKG)─Angka Ramalan II (ARAM II). Jika dikonversi ke beras, ini artinya, pada tahun ini, produksi beras nasional sebesar 38,2 juta ton. Dan jika memperhitungkan adanya loses(kehilangan) sebesar 15 persen, maka produksi beras mencapai 37 juta ton.

Dengan nilai produksi beras sebesar itu, tahun ini, Indonesia berarti surplus beras sebesar 3-4 juta ton. Karena tahun ini, konsumsi beras nasional diperkirakan hanya mencapai 34 juta ton. Dengan demikian, jika Bulog dapat menyerap produksi beras petani secara maksimal, maka impor beras seharusnya tidak perlu dilakukan untuk memperkuat cadangan beras Bulog.

Tidak maksimal menyerap beras petani

Sudah menjadi rahasia umum kalau selama ini daya serap Bulog terhadap beras petani memang tidak maksimal. Dan ini terjadi di hampir semua sentra produksi padi atau lumbung padi nasional. Di Jawa Timur (Jatim), Kabupaten Sidoarjo misalnya, dari 290 ribu ton beras yang ada di gudang Bulog, ternyata hanya 1.000 ton yang berasal dari petani lokal, 289 ribu ton sisanya adalah beras impor (detikfinance, 27/08/2011).

Padahal, Jatim adalah salah satu lumbung pada nasional. Tahun ini, produksi padi Jatim diperkirakan mencapai 12,05 juta ton GKG atau setara dengan 6,8 juta ton beras. Dan sepertinya, ini juga terjadi di gudang-gudang Bulog yang lain di seluruh Indonesia. Jika demikian, maka dapat dipastikan, tahun ini, gudung-gudang bulog akan dipenuhi oleh beras impor. Kalau sudah seperti itu, sebagai negara agraris, di mana kedaulatan dan kemandirian kita dalam hal pemenuhan pangan?

Hingga kini, beras impor terus masuk ke Indonesia. Pada pertengahan Agustus lalu, sebanyak 500 ribu ton beras dari Vietnam telah masuk ke Indonesia melalui 20 pelabuhan yang tersebar di seluruh Indonesia. Dan September ini, sebanyak 300 ribu ton beras impor dari Thailand akan masuk ke Indonesia. Dengan demikian, sepanjang tahun ini akan ada sebanyak 800 ribu ton beras impor yang akan memenuhi gudang-gudang Bulog di seluruh Indonesia.

Bahkan, beras impor akan terus dilakukan hingga Pebruari 2012 nanti. Padahal, bulan Pebruari adalah masa menjelang panen raya. Kalau melihat pola panen padi selama ini, bulan Maret adalah peak seoson. Karenanya, jika beras impor terus masuk hingga Pebruari 2012 nanti, maka kemungkinan besar harga gabah dan beras petani akan jatuh. Karena berdasarkan Inpers No.8 tahun 2011, Bulog dapat membeli gabah dan beras petani dengan harga pasar. Harga pasar bergantung pada mekanisme demand-supply. Jika suplai melimpah, maka dapat dipastikan harga pasar akan jatuh. Dan harga yang rendah sudah barang tentu amat melukai hati para petani kita.

Terlepas alasan impor beras adalah untuk memperkuat cadangan Bulog untuk mendukung stabilisasi harga beras di pasaran. Kita patut curiga dengan langkah Bulog mengimpor beras hingga 800 ribu ton tahun ini. Apalagi ini dilakukan ketika data statistik menunjukkan kalau Indonesia surplus beras. Bisa jadi, keputusan Bulog untuk memenuhi gudangnya dengan beras impor tahun ini terjadi karena rendahnya kesungguhan Bulog dalam menyerap beras petani. Atau mungkin juga, ada pihak-pihak tertentu yang sengaja bermain di belakang semua ini. Impor beras memang merugikan petani, tetapi di sisi lain amat menguntungkan bagi mereka yang biasa “bermain” dalam pengadaan beras impor.

*****

Sumber tulisan detikfinance, data-data dari BPS

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline