Lihat ke Halaman Asli

Kadek BayuDarma

Selamat Membaca

Kesederhanaan Hari Umanis Galungan di Masa Pandemi

Diperbarui: 11 November 2021   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dok. Pribadi

 

KESEDERHANAAN UMANIS GALUNGAN DI TENGAH PANDEMI COVID-19

Hari raya galungan yang ditunggu-tunggu telah lewat kini sudah memasuki hari umanis galungan. Sanak saudara masih berkumpul sambil menikmati buah serta makanan dari hasil persembahan (surudan/layudan) , jajanan tape, jaja uli serta kopi dan teh, menjadi teman canda tawa keluarga, dengan suasana hujan yang menambah kesejukan. 

Hari umanis galungan merupakan sehari setelah hari galungan yang dimana para umat Hindu Bali menjadikan hari tersebut sebagai momentum kemenangan darma melawan adharma dengan melakukan persembahyangan di pura khayangan wewidangan desa ataupun pura khayangan jagat, dan di hari umanis galungan momen menjalin hubungan atau silahturahmi antar tetangga, kerabat yang dapat mempererat tali persaudaraan.

Sebelum memasuki hari umanis galungan terdapat hari galungan yang merupakan hari suci yang di maknai sebagai hari kemenangan darma melawa adharmaberdasarkan kalender bali perayaan Galungan ini jatuh setiap 210 hari atau 6 bulan  yaitu pada hari rabu atau buda kliwon wuku dungulan,sebenarnya persiapan hari raya galungan sudah di persiapakan 25 hari sebelum hari suci galungan itu tiba dari upacara tumpek pengatag atau biasa disebut tumpek wariga dan tumpek bubuh yang merupakan bentuk penghormatan umat Hindu pada tumbuh-tumbuhan agar nantinya tumbuhan dapat berbunga dan berbuah dengan lebat, 

Adapun prosesi lainnya meliputi : penyekeban galungan, penyajan galungan, dan hari penampahan galungan. Hari penyekeban dilakasanakan pada hari minggu atau redite paing wuku dungulan yaitu 3 hari sebelim galungan, pada hari itu umat Hindu melakukan proses mematangkan buah-buahan yang nantinya akan digunakan untuk hari raya galumgan , setelah hari penyekeban galungan besoknya melakukan hari  penyajan galungan yang jatuh pada hari senin some pon wuku dungulan yaitu 2 hari sebelum hari raya dilakukan dan umat Hindu Bali akan membuat jajanan yang digunakan untuk upacara nanti, lalu besoknya adalah hari penampahan galungan yang jatuh pada hari selasa atau anggara wage wuku dungulan tepatnya sehari sebelum galungan dimana pada hari ini umat Hindu Bali melakukan proses memperisapkan makanan seperti lawar, sate, kuah ares dan olahan daging atau sayur lainnya sebelum itu biasannya umat Hindu Bali melakukan penyembelihan hewan seperti babi ayam dan hewan lainnya

 

Dok. Pribadi

Dan paling akhir adalah mempersiapkan sarana untuk penyambutan galungan seperti membuat sesajen sodan, prani, gebogan serta hal yang sangat menjadi ciri khas galungan yaitu penjor yang diyakini sebagai symbol kesejahteraan, pemasangan penjor bertujuan debagai wujud bhakti atas segala anugerah dan kemakmuran yang diberikan oleh Ida Sang Hyang Widhi, ke esokan harinya tibalah puncak acara yaitu hari raya galungan atau kerap disebut odalan jagat. Wabah dari virus covid-19 ini jangan sampai menurutkan api semangat kita swadarmaning magama Hindu Bali melainkan menyulutkan api semangat sebagai umat Hindu di Bali

 Umanis galungan kali ini jatuh pada wrespati umanis wuku dungulan sehari setelah hari raya galungan pada hari ini adalah hari yang dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan, dari bersilahturahmi, berwisata bahkan tirta yatra. Memang kali ini aktifitas hari raya galungan terlihat tidak begitu menonjol, seperti aktifitas sebelum pandemi yang dimana pasti akan sangat ramai dan padat bahkan membuat jalanan menjadi macer karena antusiasanya umat Hindu Bali dalam menyaambut hari kemenangan darma dan adharma yang sekarang berbanding terbalik 180 seperti sebelum memasuki pura wajib mencuci tangan , memakai masker serta menjaga jarak dan hal yang dapat diamati adalah persembahan atau banten yang digunakan tak seperti sedia waktu , di penuhi buah yang menjunjung tinggi bak gunung. Namun sehari sudah berlalu dengan baik dengan dapat ngaturang sembah dan bhakti  ke hadapan Ida Sang Hyang Widhi, Tuhan Yang Maha Esa, saja sudah begitu bagus, terlebih di hari umanis galungan ini dapat  berkumpul dengan sanak saudara serta cucu

Dok. Pribadi

Di hari  umanis galungan ini tidak hanya digunakan sebagai hari bersenang-senang mengunjungi sanak saudara serta mengunjungi tempat wisata, tetapi dijadikan hari tangkil menghaturkan sembah dan bhakti ke Kawitan masing-masing jadi pada momentum umanis galungan ini tak semata-matta digunakan untuk aktivitas sekala saja  namun dalam  hal niskala juga ada  seperti sembahyang ke Pura Kawitan mengucapkan rasa terimakasih serta syukur dapat pulang mengunjungi saudara sehingga kesenangan yang diperoleh bukan hanya dari sekala saja namun dari hal niskala juga ada sebab akan tercipta sebuah keseimbangan. 

Di hari umanis galungan anak-anak remaja biasanya melakukan tradisi "ngelawang" berasal dari kata lawing yang berarti gerbang dan biasanya mereka akan menarikan tarian barong yang diiringi dengan gambelan. Menurut umat Hindu ngelawang bertujuan untuk menetralisir energi negative sekaligus melindungi warga dari penyakit yang diakibatkan oleh roh-roh jahat, desti, teluh, santet dan ilmu sihir lainnya  namun tak semua barong memiliki sifat sakral ada juga barong yang biasnya anak-anak pakai untuk hiburan serta pertunjukan semata, barong yang disucikan biasanya diiringi  oleh Jro Mangku serta rerajahan yang berisi aksara modere dan biasanya digantung di leher barong serta diiringi payung umbul-umbul

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline