Lihat ke Halaman Asli

Andini Pratiwi

Generasi Muda Berkarya

"Workshop Sastra Bali Klasik" Puri Kauhan Ubud

Diperbarui: 4 Juli 2021   09:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokumen pribadi

Sebagai Rangkaian ajang penulisan Kreasi Sastra bertema  "Sastra Saraswati Sewana Pamarisuddha Gering Agung"  Yayasan Puri Kauhan Ubud kembali menggelar workshop tahap kedua dan ketiga yaitu "Workshop Sastra Bali Klasik". Workshop ini kembali digelar secara virtual zoom dan streaming youtube Puri Kauhan Ubud Tv. 

Workshop tahap kedua dilaksanakan pada Sabtu, 5 Juni 2021 dengan menghadirkan dua pembicara yaitu I Dewa Gede Windu Sancaya dan I Wayan Suteja. Workshop ini diikuti oleh 125.

Di awal materi ia menjelaskan mengenai bagaimana penggunaan bahasa tulis dalam karya- karya sastra pada umumnya dan karya sastra geguritan pada khususnya. Kemudian ia memparkan mengenai peran ilmu retorika dalam penulisan karya sastra geguritan. 

Pada awal materinya ia memberikan suatu ungkapan bahwa tulisan adalah warisan kebudayaan yang lebih bertahan ketimbang istana, pusaka, dan regalia (mahkota). Selain itu menyebutkan ada empat keterampilan berbahasa yaitu  menyimak, membaca, berbicara dan menulis.

Ia mengatakan Pengetahuan tulis- menulis tidak terlepas dari anugerah Tuhan dalam perwujudannya sebagai Dewi Saraswati, maka dari penciptaan sastra inilah kita melakukan pemujaan kepada Dewi Saraswati sebagai salah satu bentuk penyampaian rasa terimakasih atas anugerah pengetahuan yang diberikan. oleh Tuhan melalui penciptaan karya Sastra. 

Dalam materinya ia memaparkan retorika adalah sebuah teknik pemakaian bahasa sebagai suatu seni yang didasarkan pada suatu pengetahuan yang tersusun dengan baik. Dua aspek dalam retoorika adalah prngetahuan mengenai bahasa dan penggunaan bahasa dengan baik serta pengetahuan mengenai objek tertentu yang akan disampaikan dengan bahasa tersebut. 

Selain itu perlu memperhatikan gramatika yaitu pengetahuan mengenai bahasa dan penggunaan dengan baik (ilmu untuk berbicara dan menulis secara tepat yang mencakup ilmu sastra). Dalam penulisan karya sastra geguritan perlu mengetahui bahasa dan objek yang akan digunakan dalam karya sastra tersebut. 

 Mengenai penulisan gegeritan I Dewa Gede Windu Sancaya mengatakan peserta dapat memilih jebis pupu yang sesuai dengan situasi.

"Semisal saat jengah peserta dapat memilih pupuh durma, saat sedih dapat memilih pupuh ginada dan saat kasmara peserta dapat memilih pupuh semaradhana." Peserta dapat memilih penulisan secara liris maupun narasi. 

Ia pun mengharapkan bahwa penulisan geguritan ini dapat mempengaruhi sikap dan pandangan pembaca sehingga memiliki pengetahuan yang lebih luas dan sikap positif terhadap pandemi ini.

Terkait penulisan kidung Wayan Suteja mengungkapkan bahwa pandangan kidung  selama ini hanya sebatas pada lagu kerohanian saja.dimana yang dinyanyikan hanya dipetik dari beberapa bait seperti Kidung Wargasari. Hal inilah yang mengakibatkan penulisan kidung menjadi mandek. 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline