Hal yang menarik dari peristiwa sejarah adalah mengapa terjadi peristiwa tersebut dan mengapa pada waktu dan di tempat tersebut. Sama halnya ketika suatu lompatan kemajuan industri yang menarik perhatian sejarawan dan akademisi maka memicu suatu pertanyaan yakni mengapa terjadi revolusi Industri di Inggris? Mengapa tidak terjadi di Perancis? Atau Jerman? Ataupun Amerika?
Revolusi industri terjadi semenjak pada abad ke-18 tepatnya di Inggris. Lalu apa yang mendorong suatu perubahan sosial ekonomi dalam negeri Anglikan tersebut? Ini ternyata ada kaitannya dengan kedaruratan pangan, perluasan kolonialisme dan imperialisme serta inovasi dalam industri dan transportasi. Kesemuanya itu terjadi di Inggris dan mengubah wajah Inggris menjadi negeri yang terkuat di benua Eropa.
A. Kedaruratan Pangan
Mengapa terjadi kedaruratan pangan di Inggris? Ini disebabkan karena pertumbuhan penduduk yang begitu pesat sehingga menyebabkan kebutuhan pangan yang tidak terkendali. Negeri dengan 4 musim tersebut harus memikirkan sistem pertanian yang terbaru. Kebutuhan pangan pertanian berhadapan dengan pemanfaatan lahan lainnya seperti pembukaan pemukiman dan perkotaan. Lahan pertanian akan semakin menyempit dan tidak mencukupi kebutuhan penduduk Inggris.
Sistem pertanian yang terbaru ini dengan diperkenalkan sistem Norfolk. Praktik sistem pertanian ini menggantikan sistem pertanian abad pertengahan yang hanya menggunakan tiga bidang lahan saja. Dalam sistem Norfolk memanfaatkan empat bidang lahan rotasi tanaman yang baru. Maka ini dapat meningkatkan produktivitas pertanian terlebih dalam kebutuhan di waktu musim dingin dengan ketersedian lahan lobak dan daun semanggi. Tetapi sistem norfolk sendiri hanya bisa dilakukan oleh petani yang memiliki lahan yang cukup besar. Sehingga petani ataupun penduduk yang tidak memiliki lahan yang cukup besar maka harus menjadi tenaga kerja upahan yang bergantung kepada pemilik tanah pertanian yang luas tersebut.
B. Discovery dalam Industri dan Transportasi
Setiap penemuan terbaru yang terjadi dalam peristiwa sejarah sebenarnya dalam rangka memudahkan kenyamanan dan kelancaran dalam mencukupi kebutuhan hidup manusia. Setiap sumber daya yang diperoleh dari alam pasti akan dimanfaatkan demi meningkatkan industri. Sayangnya ketika cadangan kayu menjadi bagian dari kelangkaan di Inggris maka diperlukan suatu energi atau sumber yang lain yang dapat menggantikan kayu. Energi yang menggantikannya ialah energi fosil. Untungnya Inggris sangat kaya dengan sumber daya batu bara pada masanya sehingga ini mendorong penemuan alat-alat yang dapat mengolahnya.
Pertambangan batu bara menjadi pendorong peleburan besi dan transportasi kereta api. Pada tahun 1712, Thomas Newcomen, menemukan mesin uap praktis pertama. Newcomen dan asisten tukang ledengnya, John Cawley (atau Cal ley), menemukan metode kondensasi uap dalam silinder. Discovery oleh Newcomen kemudian diperbaharui oleh John Smeaton dan James Watt yang menggunakan pendekatan yang sama sekali berbeda. John Smeaton menggunakan metode empiris dan mesin uap model yang teruji secara sistematis, memvariasikan dimensi suku cadang tanpa memodifikasi desain dasar; dengan demikian ia mencapai penggandaan efisiensi mesin Newcomen. Watt, di sisi lain, memperkenalkan kebaruan mendasar yang menghasilkan perbaikan besar di efisiensi mesin uap. Ia memperkenalkan gagasan kondensasi uap dalam bejana terpisah tetap dingin di luar sisi silinder, sehingga meninggalkan silinder panas di seluruh siklus. Dengan menghilangkan pemanasan dan pendinginan silinder secara bergantian, penghematan batubara cukup besar. Mesin uap ciptaan James Watt menjalin kemitraan dengan pabrikan Birmingham Matthew Boulton, sehingga mesin Watt dapat dibangun, dijual dan diadopsi secara luas dan segera digunakan di industri lain selain penambangan batubara.
Selain industri mesin uap, penemuan baru terjadi dalam bidang tekstil. Pada 1733 John Kay, awalnya pembuat jam, menemukan "pesawat ulang-alik", yang penenunan yang lebih baik. Kombinasi perkembangan teknis yang dielaborasi oleh serangkaian pengrajin dan insinyur pada tahun 1760-an dan 1770-an kemudian menjadi pemintalan tekstil mekanis. Inovasi perbaikan ini meninggalkan tenun sebagai titik penyempitan dalam proses produksi, ketidakseimbangan yang diperkuat dengan penemuan silinder carding pada tahun 1775 yang membuat pemintalan mekanik menjadi lebih efisien. Setelah 1785, dengan alat tenun bertenaga mekanis, yang akan digunakan mesin uap akhirnya diterapkan sebagai sumber daya independen, tenun menjadi mekanis. Oleh karena itu, tidak disangka-sangka, antara tahun 1764 dan 1812 produktivitas pekerja di industri kapas meningkat.