Lihat ke Halaman Asli

Kopi Coklat di Taman Cinta

Diperbarui: 25 Juni 2015   08:36

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak terasa jam di hpku menunjukkan pukul 09.45 WT hampir pegal sekali memang, kurang lebih hampir 2 jam duduk dikelas berdiskusi dengan dosen yang usianya kira-kira sudah berkepala 4, dan dengan sangat bijak akhirnya beliau menutup pelajarannya karna sudah melihat tingkah laku mahasiswanya yang sudah merapikan lembaran dan alat tulis kedalam tas masing-masing, yang sangat menggelitik hatiku disaat salah satu temanku dari Afrika dia melontarkan satu kata dengan bahasa khas Tunisia kepada sang dosen yaitu “Hakkau” memang sangat membingungkan, sampai-sampai sang dosen langsung mengkerutkan wajahnya menghadap temanku tersebut, kitapun tertawa ringan mendengar kata tersebut, seiring diulangnya kata tersebut akhirnya ada yang membenarkan kata tersebut menjadi “Hakkahaou”, teman-teman dikelas akhirnya tertawa lepas, yaa hitung-hitung melepas penat dan jenuh dikarnakan ulah temanku yang satu itu.

Setelah beranjak keluar kelas, Amin Sholeh mengajak kami berdua (Ade Husna dan aku sendiri) untuk melanjutkan perbincangan yang sempat terputus kemarin, maka dipilihlah taman yang berada tepat didepan kampus supaya perbincangan lebih santai dan bersahabat, dengan udara yang sejuk ditambah kicauan burung dan hembusan angin yang tidak jarang menampar wajah kami menambah semangat untuk cepat memulai perbincangan tersebut.

“Mendingan kita sambil ngopi aja yuuk disana?” tanya Amin Sholeh kepada kami.

“tapi ane gak suka kopi”, ucap Ade Husna dengan nada rendah.

“Disana ada coklat kok, iya gak Beh?”, tegas Amin Sholeh,sambil menghadapkan senyumnya kepadaku.

“oooyya? ok dah klo begitu”, ucap Ade Husna dengan nada yang khas ditelingaku.

Sesampainya disana kami menyuruh teman kami yang berjilbab itu supaya tetap menunggu ditaman karna aku dan Amin Sholeh akan bagi tugas, Amin Sholeh yang memesan minuman dan aku menyiapkan kursi dan meja yang akan kubawa ketaman itu.

Akhirnya perbincangan dimulai setelah pesanan datang.

“Qohwah wahdah, wa coklaato juuz”, ucap sang pelayan yang akrab dipanggil “Mu’allim” sembari meletakkan 1gelas kecil cappucino dan 2gelas kecil coklat hangat.

Dengan semangat yang membara Amin Sholeh mengawali perbincangan dengan mengeluarkan secarik kertas lengkap dengan point-point yang akan disampaikan, hampir beberapa kali pendapat Amin Sholeh ditangkis oleh Ade Husna dikarnakan info yang kurang akurat, dengan nada yang rendah tapi sangat mendalam dilontarkannya gagasan tersebut kehadapan Amin Sholeh, aku hanya menjadi wasit dalam pertempuran yang hampir “menarik urat leher” antara mereka berdua.

“Yaa khuyya, tafaddol najlis ma’anaa”, ucap Amin Sholeh kepada temannya yang melintas.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline