Lihat ke Halaman Asli

Blogger Tertua di Indonesia?

Diperbarui: 26 Juni 2015   19:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadis Tangsi

Suparto Brata adalah penulis buku produktif, mantan PNS bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya. Saya menjumpainya beberapa kali, pertama saat saya sedang tugas ke Surabaya dari kantor dan kemudian berjumpa lagi saat pak Suparto Brata mengunjungi anak cucunya di Bekasi. Usianya saat ini sudah 77 tahun namun ia tetap produktif menulis buku dan artikel. Pada usia 77 tahun ini, bisa dikatakan pak Suparto Brata merupakan blogger tertua di Indonesia yang masih aktif menulis. Daya ingatannya kuat sekali. Saat saya berbincang dengannya di rumahnya yang adem ayem di perumahan YKP daerah Rungkut Asri, pak Suparto Brata dengan runtut dan detail menceritakan berbagai kisah yang inspiratif. Dalam sehari ia bisa menulis artikel hingga 8 lembar. Dulu diketik menggunakan mesin tik namun sekarang sudah menggunakan komputer. Jika ditotal, pak Suparto Brata bisa menerbitkan 1 buah buku sebulan sekali. Beberapa buku Pak Suparto Brata antara lain Trilogi Gadis Tangsi (Gadis Tangsi, Kerajaan Raminem dan Mahligai di Ufuk Timur), sebuah novel inspiratif yang berkisah perjuangan seorang gadis anak prajurit rendahan Hindia Belanda. Buku lainnya adalah Saksi Mata, berkisah tentang kejadian dimasa penjajahan Bangsa Jepang. Buku yang juga sangat memikat adalah Mata-Mata, berkisah tentang sosok Herlambang, mata-mata handal berkebangsaan Indonesia yang membantu sekutu menaklukkan Jepang. Keistimewaannya adalah kemampuan matanya yang ibarat kamera, mampu memotret suatu gambar, peta maupun dokumen lain dan menyimpannya dalam ingatan. Pak Suparto Brata memiliki 2 buah blog (http://supartobrata.com dan http://supartobrata.blogspot.com). Meski beliau selalu mengaku gaptek pada saya dan setting themes blognya dibantu oleh putranya, namun saya melihat beliau cukup aktif menulis di blog. Email-email saya juga dibalas langsung oleh beliau karena kentara dari tulisan dan pemilihan diksinya.

Pak Suparto Brata juga punya visi sosial kemasyarakatan dalam menjadikan anak bangsa sebagai bangsa yang cerdas dan maju, yaitu dengan memasyarakatkan kegiatan membaca dan menulis. Visinya ini tergambar di artikel blog, dalam isi seminar maupun saat berbincang dengan saya. Ia juga sosok aktivis yang sangat bersemangat untuk mengangkat harkat dan martabat Bahasa Jawa. Ia bahkan membuat penerbit sendiri untuk menerbitkan buku-bukunya yang berbahasa Jawa. Saya tertawa geli waktu membaca tulisan pak Suparto tentang cara mengalahkan Jepang terkait dengan kegiatan membaca dan menulis, "Kalau kurikulum Indonesia diterapkan di Jepang, saya percaya, maka 10 tahun kemudian bangsa Jepang akan menjadi bangsa yang BODOH, PRIMITIF seperti bangsa kita. Oleh karena itu kalau bangsa Indonesia mau mengalahkan bangsa Jepang, hendaklah usul kepada pemerintah Jepang agar mengeterapkan kurikulum Indonesia di Negeri Jepang. Saya tanggung orang Jepang bakal terpuruk primitif seperti bangsa kita sekarang, dan mungkin bisa kita kalahkan dalam segala bidang kehidupan abad ke-21 ini." Taken from "Donyane Wong Culika Jilid II" Baca juga ketajaman pandangan pak Suparto Brata di artikel yang sama : "Antara lain saya kisahkan lelakon Steffy Tjia (etnis Cina), ketika masih jadi pelajar SMP di Malang sering bermain-main di markas IPI (Ikatan Pelajar Indonesia) yang juga jadi markas TRIP (Tentara Republik Indonesia Pelajar). Pagi hari Selasa 21 Juli 1947 ketika anak-anak TRIP di situ sedang bangun tidur dan malas-malasan (Malang dingin sekali), maka markas TRIP dan biro perjuangan lain di sekitar Jl. Salak/Ijen Boulevard itu diserbu oleh tentara Belanda. Penyerbuan yang tidak terduga tadi menimbulkan banyak kurban (lebih dari 30 anak TRIP gugur, kemudian dikuburkan dalam satu luangan, hal ini kisah nyata). Ada yang lolos, salah satunya Steffy Tjia (ST). Melihat teman-temannya gugur tidak semena, dia menaruh dendam, memimpin gerilya di daerah Kepanjen, Sumberpucung sampai Blitar, merepotkan pasukan Belanda yang bernama Huzaren van Boreel. Kedaulatan NKRI kembali (1949), ST tidak jadi petinggi negara, tapi melanjutkan studi atas biaya negara di Chicago. Akhirnya dia jadi dokter spesial kanak-kanak, dan sempat disuruh memimpin Medical Center Hospital di Chicago, sukses. Untuk jabatan yang ke-dua, dia menolak, karena ingin berbakti kepada bangsanya, dan mendirikan RS di Jakarta (1964). Dibantu oleh alumninya diberi alat-alat elektro medis yang paling canggih di Indonesia, supaya anak-anak Indonesia jadi tumbuh sehat. RSnya berlangsung baik, namun waktu itu PKI sedang bergolak, semua yang berbau Amerika adalah musuh rakyat. RS-nya ST diserbu, alat-alatnya dirusak, ST sendiri luka parah, lari dari RS-nya, jatuh ke pangkuan seorang pelacur (Pratinah). Kepada Pratinah dia bilang, "Bangsa Indonesia ini nekrofilia, yaitu berpotensi membangun, tetapi digerogoti sendiri oleh kekuatan bangsanya sendiri". Itulah nekrofilia. Negeri ini banyak orang curang yang menggerogoti potensi membangun bangsa. Karena itu buku saya saya juduli Negerinya Orang Curang, nekrofilia, Donyane Wong Culika." Silakan baca kisah lengkap beliau pada artikel "Proses Kreatif Suparto Brata" Artikel Terkait : Tulisan saya mengenai pertemuan dengan pak Suparto Brata.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline