Lihat ke Halaman Asli

Rudi Mulia

Konselor

Topik Parenting: Ayam Betina Vs Ayam Jantan

Diperbarui: 26 Juni 2015   01:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

[caption id="attachment_129979" align="alignleft" width="144" caption="gambar ayam jantan dan betina. diunduh dari google.com"][/caption] Sewaktu menetap di Nabire, Papua, selama 1 tahun untuk memenuhi tugas praktek kuliah, saya diberi kepercayaan tugas dari orangtua yang menerima kehadiran saya untuk menjaga dan memelihara ayam-ayam mereka. Mereka tidak sempat lagi untuk mengurus penuh ayam mereka karena kesibukan pekerjaan mereka masing-masing.

Singkatnya, belajarlah saya memelihara ayam-ayam ini. Jumlahnya tidak banyak hanya sekitar 20 ekor. Jujur itu adalah pengalaman pertama saya memelihara ayam. Setiap hari, pagi dan sore saya memberi mereka makan. Tidak lupa menjaga kebersihan kandang dan menaruh vitamin di minuman mereka.

Namun bukan ini yang ingin saya bagikan. Ketika belajar beternak ayam ini saya memperhatikan kelakuan ayam-ayam tersebut. Pengamatan saya adalah pada gerombolan ayam yang terdiri dari induk dan beberapa anak ayam. Seperti yang kita ketahui bahwa induk ayam sangat bertanggung jawab dalam membesarkan anak-anaknya. Pernah suatu saat saya iseng mengganggu anaknya, apa yang terjadi kemudian? Sang induk ayam berusaha mematuki saya sambil berceloteh khas ayam (mungkin dia bilang jangan ganggu kami!!! Sana pergi!!)

Anak-anak ayam ini selalu mengikuti sang induk kemanapun ia pergi. Ketika si induk mematuk makanan di tanah, mereka pun mematuk di tempat dimana si ibu mematuk. Si ibu pergi ke kanan, anak-anaknya juga ikut ke kanan, begitu juga dengan sebaliknya, walaupun kadang ada yang tertinggal mengikutinya. Sesekali induk ayam melihat ke kanan dan ke kiri seperti pengawas yang sedang mengawasi anak-anak ujian. Dia berusaha melindungi keselamatan para anak-anaknya. Tindakan ini tidak lain untuk mengawasi kondisi disekitarnya, takut-takut ada binatang buas yang ingin memangsa mereka. Pokoknya naluri keibuannya jangan ditanyakan. Dia siap memberikan yang terbaik termasuk nyawanya.

Bagaimana dengan Ayam Jantan? si ayam jantan, alias ayam jago berbeda 180 derajat dengan ayam betina. Boro-boro memberi makan, yang ada mereka hanya mencari kesenangan sendiri. Maka pantaslah mereka disebut ayam jago, karena kalau diamati, ternyata ayam jago a.k.a si bapak ayam tadi hanya jago berkokok, jago berkelahi, jago mencari perhatian, dan yang terakhir jago untuk ngejar-ngejar ayam betina untuk dikawinin. Intinya adalah ayam jantan lebih jago terhadap dirinya sendiri daripada memperhatikan keluarganya. Pokoknya kalau sudah makan dan kawin sudah puaslah, sebodo dengan keluarganya. Kalau yang ternak ayam pasti tahu tingkah laku mereka

Dan parahnya lagi, ayam jantan ini begitu dia selesai kawin (sebenarnya sih kawin paksa) dia patok itu ayam betina (mungkin supaya ayam betina gegar otak dan lupa siapa yang mengawininya), kemudian cari betina lainnya… tinggallah si betina bertugas bertelor, mengeram dan kalau sudah menetas, dia juga yang harus mencari cacing dan makanan bergizi untuk anaknya, mengajak bermain, mengajari mencari makan dan melindungi dari bahaya. Si Bapak? Lagi kawin sama betina yang lain...

Saya mencoba menganalogikan cara kerja ayam betina dan ayam jantan ini buat kehidupan berkeluarga. Kalau dianalogikan dengan manusia, ternyata zaman yang dikatakan serba modern ini masih banyak perilaku manusia, khususnya para pria atau para suami yang berlagak seperti ayam jago. Mereka kadang berlagak jago, terlihat hebat, sering berkoar-koar dengan lantang padahal mereka seperti tong kosong nyaring bunyinya. Tidak peduli dengan sekitarnya, kurang bertanggungjawab, egois. Bahkan ada yang tugasnya hanya makan, kawin lagi dan membuat kegaduhan.

Kemudian seperti ayam jantan yang tidak pernah terlihat perannya dalam mendidik anak-anaknya, banyak juga manusia yang bertipe ayam jantan ini. Mereka juga tidak bertanggungjawab terhadap perkembangan anak-anaknya. Yang mereka tahu bahwa mereka sudah bekerja keras mencari uang, sisanya adalah urusan wanita. Segala keputusan untuk membesarkan diberikan sepenuhnya kepada wanita, bahkan kepada babysitter.

Ada juga tipe/model ayam jantan buat orang berumur. Rasanya begitu menyesakkan melihat orang yang kita anggap sudah dewasa, sudah berumur atau kalau tidak mau dikatakan tua, tetapi belum memiliki kedewasaan dan masih bersikap seperti kanak-kanak. Maunya hanya senang-senang saja seperti ayam jantan. Inginnya diperhatikan, padahal lakunya seperti anak ayam yang masih butuh perlindungan. Mental ayam jantan seperti ini tampaknya masih banyak yang melestarikannya dengan sadar. Entah kenapa, tetapi inilah kenyataan. Menyedihkan memang. Sebagai kepala keluarga, pria seharusnya berperan sebagai ayam betina, yang siap dan selalu ada bagi keluarganya. Siap juga untuk memberikan jiwa raganya untuk membela anak-anaknya dari bahaya serta memberi teladan dan contoh melalui perilaku hidup mereka. Dengan demikian anak-anak memiliki panutan yang pantas diikuti sikap positifnya. Semoga para suami dapat berperan seperti induk ayam yang mengayomi, bukan sebagai ayam jantan yang serba nge-jago untuk menutupi kelemahannya.... krrrr..krrrr... petok.petok...




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline