Hamparan hijau terlihat luas (semoga apa yang saya lihat itu terus terjaga, semoga). Sungai Pawan dari ketinggian elok meliuk-meliuk. Tepat pukul 8 pagi, dengan disambut terik mentari saya tiba di tanah Kalimantan, rabu, 12/10.
Pekan lalu, saya diberi kesempatan bersama satgas Gerakan Budaya Bersih dan Senyum (GBBS) Menko Maritim untuk menghadiri perhelatan akbar Sail Karimata 2016, yang digelar di Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat. Berbekal persiapan seadanya, kesempatan langka ini tentu sangat sungkan untuk ditolak.
Sesampainya di Bandara Rahadi Oesman Ketapang, perjalanan saya belum selesai. Daerah Kayong utara belum memiliki Bandara sendiri, yang terdekat hanya ada di Ketapang dan Pontianak. Jadi, cara menuju Kayong Utara harus ditempuh lewat jalur darat.
Jalan aspal bergelombang khas pertanahan gambut mulai menyapa, rumah-rumah panggung berjejer rapih membelakangi rerimbunan hutan. Setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu jam setengah perjalanan, tugu durian hijau mulai terlihat, petanda kami sudah sampai di Desa Sukadana. Desa tenang di pesisir Selat Karimata.
H-2 menuju puncak acara yang dilaksanakan Sabtu, 15/10. Suasana semakin ramai, tamu dan wisatawan mulai berdatangan. Keamanan Kayong diperketat, Infrastruktur diperbaiki dan terus dikembangkan. Demi menunjang keberhasilan acara, wajah Kayong Utara sedikit demi sedikit mulai bersolek.
Selayaknya ada hajatan besar di suatu daerah, khususnya yang berskala nasional, idealnya mendatangkan rezeki bagi warga sekitar, sehingga "kemeriahannya" dapat benar-benar dirasakan bersama.
Misalkan saja Warung makan, mulai dari kelas restoran sampai kedai pinggir jalan terlihat ramai. Pasar-pasar rakyat yang berdiri di sekitar tempat acara mulai didatangi pengunjung.
Tidak hanya itu, kebutuhan tempat menginap dan akomodasi berupa kendaraan demi menjamu para tamu sangat tinggi peminat. Ini masuk akal, sebab kendaraan transportasi umum masih sangat minim di sini. Bagi para pengunjung, khususnya dari luar daerah, hal ini tentu akan menjadi kendala.
Sejak seminggu sebelum acara puncak berlangsung, kebutuhan mobil (sewaan) untuk keperluan aktivitas para tamu memang meningkat.
Menurut Dede, travel yang menemani kami selama di Kayong. Kebutuhan sewa kendaraan semakin tinggi, semua jenis banyak peminatnya.
"sudah seminggu, persedian sewa mobil habis, sulit kalo butuh cepat" ujarnya.
Selaras dengan kebutuhan akomodasi, kebutuhan akan tempat menginap juga tinggi. Hotel-hotel terdekat sudah penuh. Alternatif lain untuk menginap yakni dengan menyewa rumah-rumah penduduk setempat, itupun, untuk yang dekat dari lokasi acara sudah lumayan jarang.
Menurut informasi yang saya dapat dari bapak airil, pemilik rumah tempat kami menginap, "untuk hotel-hotel sudah penuh, walaupun ada, tetapi letaknya jauh, rumah didekat sini pun sudah banyak yang sewa", terangnya.
Dengan diadakannya acara Nasional di sini, diharapkan, potensi daerah lokal semakin terangkat sehingga penyebaran ekonomi dapat dirasakan lebih merata.
Desa Sukadana, Kayong Utara. 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H