Lihat ke Halaman Asli

KAMIL ICHSAN

TERVERIFIKASI

Socio Hippies

Novel "Lelaki Harimau" Dibedah di IFI Jakarta

Diperbarui: 29 April 2018   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Novel Lelaki Harimau - Eka Kurniawan | Foto: Kamilichsan"

Pada lanskap yang sureal, Margio adalah bocah yang menggiring babi ke dalam perangkap. Namun di sore ketika seharusnya rehat menanti musim perburuan, ia terperosok dalam tragedi pembunuhan paling brutal. Di balik motif-motif yang berhamburan, antara cinta dan pengkhianatan, rasa takut dan berahi, bunga dan darah, ia menyangkal dengan tandas. “Bukan aku yang melakukannya,” ia berkata dan melanjutkan, “Ada harimau di dalam tubuhku.” (Sinopsis Novel Lelaki Harimau: Eka Kurniawan)

Dalam rangka peluncuran program baru Lire, C’est Vivre, Institut Francais d'Indonesie (IFI) bekerjasama dengan Gramedia Pustaka Utama mengadakan diskusi sastra dan bedah novel Lelaki Harimau bersama dengan Eka Kurniawan. Acara yang berlangsung selama 2 Jam ini dihadiri kurang lebih 50-an orang tamu undangan dan bertempat di Auditorium IFI Thamrin, Jakarta, 25 Februari 2016.

Berbicara tentang Eka Kurniawan kita pasti akan (setidaknya) menyandingkan dengan Maestro Sastra Indonesia, Pramoedya Ananta Toer. Ini bukan tanpa alasan, setelah Novel Lelaki Harimau dialihbahasakan ke dalam bahasa asing dan menjadi tamu kehormatan pada ajang Frankfrut Book Fair 2015, Eka Kurniawan menjadi perbincangan dan mendapat Highlight positif dari banyak media di luar negeri. Namanya pun sempat digadang-gadang sebagai Sastrawan angkatan muda penerus Pramoedya Ananta Toer.

"Diskusi Sastra dan Bedah Novel Lelaki Harimau bersama Eka Kurniawan (IFI Jakarta) | Foto: Kamilichsan"

Saat wawancara terakhir yang dilakukan oleh Indoprogres dengan Benedict Anderson (Akademisi dan penulis), tentang harapan Ben terkait perkembangan Indonesia dimasa depan, Nama Eka disebut sebagai sosok “penulis” yang dianggap banyak membawa hal baru.

Lelaki Harimau merupakan Novel kedua Eka setelah “Cantik Itu Luka” (2002) dan yang terbaru “Seperti Dendam, Rindu harus Dibayar Tuntas” (2014). Cantik Itu Luka telah diterjemahkan kedalam beberapa bahasa, diantaranya; Bahasa Inggris, Jepang, dan Melayu. Tahun 2015, Novel Cantik Itu Luka masuk kedalam 10 Novel terbaik versi Publishers Weekly.

Sedangkan untuk Lelaki Harimau edisi terjemahan bahasa asing telah diterbitkan kedalam bahasa Inggris, Italia, Korea, Jerman dan Prancis. Berkat “Lelaki Harimau”, Eka Kurniawan mendapat banyak penghargaan, salah satunya dari Jurnal Foreign Policy yang menobatkannya sebagai salah satu dari 100 pemikir terbaik di dunia.

"Sesi Tanda Tangan Novel dan Coffe Break | Foto: Kamilichsan"

Untuk edisi bahasa Prancis. Novel Lelaki Harimau dipublikasikan oleh penerbit Sabine Wepeiser dan telah terbit pada Oktober 2015. "Dealnya sejak 2013 dan resmi beredar Oktober tahun lalu (2015)". 

Hasilnya pun tidak mengecewakan, Lelaki Harimau mendapat banyak pujian dari kalangan kritikus dan media di Prancis. Responnya cukup bagus, kata Eka, saat bercerita tentang review Lelaki Harimau edisi bahasa Prancis yang dimuat di salah satu koran terbesar di Prancis, La Monde.

Jika dibandingkan, Lelaki Harimau sangat berbeda dengan Novel-novel Eka sebelumnya. Seperti Pada Cantik Itu Luka, Novel ini sangat kental sekali unsur realis-magis dengan menggunakan setting sejarah yang aktual. Unsur magis dapat terlihat dari kemunculan kembali sosok Dewi ayu setelah lama dimakamkan.

Sedangkan pada Lelaki Harimau, walaupun terdapat unsur realis-magis ("Ada harimau di dalam tubuhku") novel ini cenderung berada dalam ranah “permainan psikologis”. Kalo kebanyakan novel crime fiction berkisah tentang “siapa pelaku utamanya” sedangkan untuk Novel Lelaki Harimau, sosok pelaku utama sudah diberitahu di awal cerita. Dalam hal ini, saya justru menekan tentang motif apa yang melandasi pembunuhan tersebut, Ujar Eka disela diskusi.

"Suasana setelah acara depan Auditorium IFI Jakarta | Foto: Kamilichsan"

Selain itu, Eka juga berbicara tentang teknis proses penerjemahan. Proses penempatan makna yang tepat pada saat diterjemahkan.

Ini merupakan hal penting agar tidak terjadi kesalahpahaman makna saat mengalihkan bahasa. Cara yang kerap dilakukan adalah dengan memberikan berbagai macam referensi, baik berupa foto atau tulisan kepada editor. Jadi, sistem menerjemahkannya tidak satu banding satu, akan tetapi lebih disesuaiankan dengan konteks.

Diakhir acara, Eka sedikit memberikan bocoran tentang Novel keempatnya yang diberi judul “O”. Novel yang akan rilis pada Maret tahun ini bercerita "Tentang Monyet yang ingin menikah dengan kaisar Dangdut". Belum ada tanggal resmi peluncuran novel terbarunya ini, akan tetapi, sejak Januari Novel "O" sudah dapat dipesan melalui Pre-order.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline