[caption caption="Siaran Pers | Sumber: @thepopoh"][/caption]Terselamatkanlah telinga para pendengar Cutting Edge di Penghujung tahun 2015 ini. Setelah beberapa bulan lalu Barasuara merilis album Taifun dan Sigmun dengan debut album panjangnya berjudul Crimson Eyes. Kali ini, Efek Rumah Kaca merilis album bertajuk "Sinestesia".
Adalah doa-doa panjang dan kesetian yang terkabul. 17 Desember, tengah malam, Sinestesia lahir dengan begitu harum. Album diibaratkan seorang anak yang lahir dalam rahim sebuah band, dan tentu, banyak doa dan harapan mengiringi kehadirannya. Selang 7 tahun setelah album Kamar Gelap (2008) dan Efek Rumah Kaca (2007), akhirnya album ke-3 dari Trio Pop asal Jakarta ini rilis juga.
Berisikan 6 track dengan penamaan berupa warna, seperti : Merah, Biru, Jingga, Hijau, Putih, dan Kuning. Sinestesia secara tidak langsung mengajak para penggemarnya untuk menikmati perjalanan musikalitas efek rumah kaca dari album-album sebelumnya.
“Album Sinestesia mengajak penggemar Efek Rumah Kaca bersama-sama menikmati perjalanan musikalitas Efek Rumah Kaca dari album pertama, kedua, hingga perubahan gaya bermusiknya di album ketiga ini. Sinestesia, adalah album yang sinematis. Jika didengarkan, ia akan mengajak pendengarnya mengembara di alam khayal masing-masing pendengarnya. Ujar ERK saat melakukan press release.
Sebelumnya, ERK telah merilis single pertamanya di Tahun 2015 berjudul “Pasar Bisa Diciptakan”, tidak beberapa lama kemudian muncul fragmen terbaru dengan judul “Biru”. Lagu "Biru" berisikan 2 materi lagu yakni "Pasar bisa diciptakan" dan "Cipta bisa dipasarkan", lalu dilanjutkan dengan single ke 2 berjudul “Putih”. Single “Putih” diluncurkan tepat saat mereka menggelar konser tunggalnya “Konser Bisa Diciptakan” di Bandung.
Ada beberapa projek yang dikerjakan oleh ERK selama masa vakum pasca ditinggalkan sang vokalis untuk melanjutkan study ke luar negeri, diantaranya adalah dengan membentuk Pandai Besi. Band Pandai Besi sempat melahirkan album perdana berjudul Daur Baur, album tersebut berisi lagu-lagu ERK yang di “Daur Ulang” dengan nuansa baru.
Seperti yang dicuitkan oleh (Editor in Chief Rollingstone Magz) Adib Hidayat melalui akun twitternya. Sejak dirilis tanggal 17 Desember pukul 23.00 WIB, album Sinestesia menempati posisi pertama di Top 10 iTunes sampai dengan Hari ini.
[caption caption="Capture twitter @AdibHidayat"]
[/caption]Penamaan Sinestesia diberikan oleh sang Basis, Adrian Yunan Faisal. Adrian yang mengalami gangguan pengelihatan seperti melihat warna-warna saat mendengarkan lagu-lagu terbarunya ini. Pada Sinestesia, Efek Rumah Kaca tidak sekeras dulu yang liriknya lantang dengan sebuah protes, mereka terdengar lebih kalem, sehingga nuansa di album ini terasa lebih magis namun puitis.
Pada wawancara yang dilansir Majalah Rollingstone saat Konperensi Pers “Konser Bisa Diciptakan”, 18 September 2015 di Bandung. Secara keseluruhan, elemen-elemen utama seperti durasi lagu yang panjang, instrumentasi yang lebih riuh, juga dinamika lagu yang cenderung lebih kompleks dibanding lagu-lagu dalam diskografi awal, bisa menjadi gambaran kasar sekaligus bridging kepada konsep album Efek Rumah Kaca akan datang. Fragmen “Biru” merupakan penanda sempurna suguhan yang tersaji dalam album Sinestesia ini.
Album ini berisikan lagu-lagu yang berdurasi Panjang, saat mendengarkannya, rasa bosan dan ketagihan akan muncul diwaktu yang bersamaan. Seperti pada Track “Kuning” yang berdurasi 12:16 dan yang tercepat adalah “Hijau” dengan durasi 07:46 menit. Pada album ini, Efek Rumah Kaca tidak berkarya sendirian, mereka berkolaborasi dengan Ryan Ryadi, seorang perupa asal Jakarta yang lebih dikenal dengan nama The Popoh (Karakter yang diciptakannya). The popoh didampuk untuk mengilustrasikan lagu-lagu yang ada di album Sinestesia.