Pilkada atau Pemilihan Kepala Daerah sering kali menjadi momen penting dalam sejarah politik Indonesia, terutama ketika mahasiswa turut aktif terlibat dalam proses demokrasi tersebut. Partisipasi mahasiswa dalam pilkada, baik sebagai pemilih, pendukung, maupun pengawas independen, sering kali membawa dampak signifikan pada hasil dan integritas proses pemilihan.
Dalam sejarah, mahasiswa Indonesia telah memainkan peran besar dalam perubahan politik, termasuk dalam peristiwa-peristiwa seperti Reformasi 1998, yang memaksa turunnya Presiden Soeharto setelah 32 tahun berkuasa. Peran mahasiswa dalam pilkada bisa mencakup advokasi politik, pemantauan pemilu, dan gerakan sosial untuk meningkatkan partisipasi pemilih serta mendorong kandidat dengan rekam jejak bersih dan visi pro-rakyat.
Sandika Wandara (Putra Asli Daerah Batang Hari) Mengatakan mahasiswa harus mampu bersatu dalam upaya untuk memperjuangkan pemimpin yang bersih dan Anti Korupsi serta kompeten melalui pilkada, hal ini bisa menciptakan "sejarah baru" dalam demokrasi Indonesia, yakni demokrasi yang lebih transparan, akuntabel, dan berpihak pada kepentingan masyarakat luas.
Dalam sejarahnya, mahasiswa telah melakukan berbagai aksi, mulai dari demonstrasi hingga advokasi kebijakan, guna mendorong transparansi, akuntabilitas, serta demokratisasi proses pemilihan. Mahasiswa kerap mengawal pemilu dan pilkada untuk memastikan tidak adanya kecurangan serta mendorong partisipasi pemilih, terutama di kalangan pemuda. Selain itu, banyak juga mahasiswa yang terlibat sebagai pengawas independen dalam pemilihan dan melakukan survei politik sebagai bagian dari riset mereka. 'Ujar Sandika
Mahasiswa di Batang Hari atau daerah sekitarnya juga mungkin terlibat dalam pendidikan pemilih, yaitu memberikan informasi tentang kandidat dan program kerja mereka, sehingga masyarakat bisa memilih dengan lebih bijaksana. Selain itu, mahasiswa dapat berperan sebagai relawan atau penyelenggara dan pengawas pemilu independen untuk memastikan bahwa pilkada berjalan tanpa kecurangan, intimidasi, atau penyimpangan lainnya. 'Sambungnya
Tidak jarang, keberadaan mahasiswa juga memengaruhi hasil pilkada, terutama di kota-kota besar yang memiliki banyak kampus, karena mahasiswa dapat menyuarakan isu-isu kritis yang relevan bagi masyarakat. Di beberapa daerah, mahasiswa bahkan telah berhasil mendorong kebijakan daerah yang lebih responsif terhadap kebutuhan publik serta lebih terbuka terhadap kritik dan evaluasi dari masyarakat luas. tutupnya
Redaksi: Sandika Wandara
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H