Kamis, 3 Mei 2018 merupakan hari yang paling berharga dan ditunggu-tunggu bagi sebagian besar siswa dan siswi SMA di seluruh Indonesia. Hal ini tidak lain disebabkan karena tanggal 3 Mei yang jatuh pada hari ini merupakan hari pengumuman kelulusan bagi siswa dan siswi SMA yang pada bulan April lalu telah melakukan Ujian Nasional.
Sempat ramai oleh banyaknya protes dari siswa serta guru pengampu mata pelajaran terkait soal-soal ujian nasional yang dianggap memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi, pada akhirnya Ujian Nasional tetap berjalan dan dilanjutkan. Banyak diantara para siswa-siswi khususnya di Bali menganggap bahwa Ujian Nasional merupakan penentu akhir dari sejarah pendidikan yang mereka tempuh di bangku sekolah menegah atas.
Namun tidak sedikit pula yang beranggapan bahwa ujian nasional menjadi ajang latihan menempa diri untuk mampu bersikap jujur dan patuh terhadap aturan saat mengerjakan soal-soal ujian tersebut.
Oleh banyaknya tekanan dan juga tantangan selama menghadapi ujian nasional atau bahkan sebelumnya, banyak siswa-siswi kemudian melakukan perayaan untuk menyambut hari kelulusannya. Setelah pengumuman kelulusan tersebar di berbagai kanal, baik online, cetak maupun suara, siswa-siswi tersebut kemudian melakukan perayaan yang seakan-akan wajib diadakan setiap tahunnya.
Perayaaan tersebut bisa saja seperti konvoi, corat coret baju atau mungkin bersama rombongan berkumpul di pinggir jalan untuk memperlihatkan bahwa dirinya telah berhasil menghadapi tantangan terberat yang bisa mereka lewati di usia 17 tahunan.
Menyikapi hal tersebut, Gek Rani yang juga merupakan calon wakil bupati wanita pertama di Gianyar menaruh perhatian lebih terhadap berbagai hal yang berkaitan dengan anak-anak dan pendidikan. Euforia siswa-siswi SMA pasca kelulusan yang saat ini banyak dilakukan oleh anak-anak muda sedikit banyak memberikan rasa kekhawatiran yang mendalam bagi Kartini Gianyar ini.
Gek Rani mengatakan bahwasannya siswa-siswi tersebut selayaknya bisa merayakan kelulusannya dnegan hal-hal yang positif dan berguna bagi lingkungan sekitar.
"saya tahu betul bagaimana rasanya ada di bawah tekanan sebelum ujian, jadi ketika lulus juga rasanya tidak terbendung. Seperti kita orang paling beruntung di dunia. Jadi rasa itu harus di rayakan. Tapi sebaiknya kita harus mempertimbangkan cara kita untuk merayakan kelulusan tersebut" tutur Gek Rani.
Alasan dari Gek Rani mengatakan demikian adalah agar supaya anak-anak juga menyadari tentang pendidikan karakter yang telah meleka pelajari bertahun-tahun disekolahnya, agar bisa diaplikasikan dalam kehidupan nyata.
Dengan melakukan perayaan kelulusan dengan baik dan tanpa melakukan hal-hal negatif seperti Konvoi, mengganggu jalannya lalu lintas dan cenderung meresahkan warga, akan lebih baik anak-anak tersebut melakukan aksi sosial untuk meluapkan kegembiraannya.
"saya rasa aksi sosial akan lebih berguna dari pada konvoi, dan siswa-siswi kita saya yakin sudah cukup berkarakter untuk bisa memilih apa yang sebaiknya di lakukan untuk merayakan kegembiraannya atas kelulusan tersebut" pungkas Gek Rani.