Lihat ke Halaman Asli

Imawan Mashuri

Pembelajar

Aksi Generasi Muda Bangsa terhadap Perubahan Iklim dan Bencana Hidrometeorologi

Diperbarui: 9 Desember 2021   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: https://unsplash.com/

Belakangan ini, laju perubahan iklim meningkat drastis dikarenakan efek gas rumah kaca dan aktivitas manusia. Berdasarkan data World Meteorology Organization (WMO) menunjukkan bahwa pada tahun 2011-2020 adalah dekade terpanas dalam catatan historis tren perubahan iklim jangka panjang. 

Suhu global pada tahun 2020 tercatat sebagai suhu terpanas tertinggi kedua sepanjang sejarah pencatatan iklim dunia. Disisi lain, terdapat peristiwa La Nina yang seharusnya memiliki efek pendinginan sementara.

Di Indonesia sudah tampak fenomena yang menunjukkan perubahan iklim seperti meningkatnya curah hujan ekstrem yang menyebabkan bencana longsor dan banjir. Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah menginformasikan kepada masyarakat terkait adanya dampak La Nina terhadap intensitas curah hujan atau hidrometeorologi. 

Isu perubahan iklim belum dimaknai secara mendalam oleh masyarakat karena kurangnya pemahaman dan kepekaan. Hal ini jika dibiarkan terus menerus tentu akan mejadikan Indonesia sebagai negara yang diproyeksikan sebagai kelompok negara yang berpotensi mengalami perubahan iklim yang signifikan. 

Untuk itu, diperlukan peran pemuda sebagai agent of change dalam menyikapi perubahan iklim yang terjadi. Edukasi dan promosi perubahan gaya hidup harus terus diupayakan untuk menekan laju perubahan iklim. Berbagai forum bertopik perubahan iklim juga mesti terus dilakukan untuk meningkatkan literasi masyarakat.

Secara umum, tren kenaikan suhu udara permukaan terjadi di seluruh wilayah Indonesia dengan tren yang lebih jelas terlihat di wilayah Indonesia bagian tengah dan timur seperti Kalimantan dan Sulawesi dengan kenaikan suhu udara lebih dari 0,3 C/dekade. 

Untuk itu, ada dua langkah efektif untuk menekan perubahan iklim yaitu pertama mitigasi melalui pembatasan atau pencegahan emisi gas rumah kaca dan peningkatan aktivitas yang dapat menyerap gas-gas tersebut dari atmosfer. 

Kedua yaitu adaptasi perubahan iklim melalui ketahanan pangan, ketahanan ekosistem, ketahanan air, dan kemandirian energi terbarukan. Selain itu, perlu dilakukan advokasi perubahan iklim untuk generasi muda seperti kampanye sosial, literasi iklim, dan aksi komunitas yang pro lingkungan.

Sebetulnya sekarang ini sudah terdapat beberapa website yang dirilis oleh BKMG salah satunya adalah expose informasi dan peringatan dini multi bahaya geo-hidrometeorologi BMKG atau yang biasa disingkat MHWES sebagai akselerator untuk menyampaikan informasi kepada seluruh masyarakat Indonesia tentang prakiraan cuaca, iklim maupun bencana alam khususnya gempa bumi. 

Tentunya website ini bisa menjawab segala keresahan dan masalah mengenai perubahan cuaca dan iklim di Indonesia. Tinggal kita sebagai generasi bangsa untuk memanfaatkan website tersebut dengan sebaik-baiknya sekaligus mengenalkannya secara masif kepada masyarakat khususnya daerah pelosok agar dapat memitigasi segala dampak dari perubahan cuaca dan iklim.

Upaya mitigasi perubahan iklim dan bencana hidrometeorologi di Indonesia dirasa perlu juga untuk melibatkan elemen atau organisasi berbasis keagamaan sebagai wujud negara yang berketuhanan. Karena sejatinya kebanyakan kehidupan masyarakat Indonesia berlandaskan tuntunan atau ajaran agama. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline