Jangan engkau cemburu ketika aku lebih akrab dengan pohon waru, jangan engkau curiga ketika aku lebih hapal lekuk mahkota bunganya.
Lihatlah kau pada dirimu, bercerminlah kau pada keretakannya, bahwa aku telah hapal senandung yang kau lantunkan ketika malam tiba.
Tentang kerinduan entah pada siapa, tentang kehampaan ruang tanpa sekat itu. Seharusnya kau merasa lapang karenanya.
Egois dan tamak kau jadikan pendamping hidup.
Di sanalah kau sekarang berada, ketakutan. Di atas rakit besar dan mengapung di hamparan air. Tak ada satupun manusia apalagi hewan. Senyap. Sekeliling air adalah gedung dengan dinding kaca bening. Dulu kau selalu memujanya, dan sekarang kau menguasainya.
Kau berteriak hingga serak, dengan rasa sesak mnyeruak. Namun yang kau dengar hanyalah gema suaramu, dan ketika aku mendekat, kau semakin menjauh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H