Lihat ke Halaman Asli

Pentingnya Literasi Numerasi dalam Berbagai Aspek Kehidupan

Diperbarui: 13 Mei 2022   19:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Di abad ke-21 seperti sekarang ini, siswa diharapkan dapat menguasai keterampilan kualitas karakter, keterampilan kompetensi dan keterampilan literasi. Supaya seluruh keterampilan itu dapat tercapai dengan maksimal, diperlukan kemampuan berpikir dan bernalar karena kemampuan inilah yang biasa digunakan untuk pemecahan suatu permasalahan. Kemampuan tersebut adalah kemampuan yang berkaitan langsung dengan keterampilan literasi. Terdapat enam poin literasi dasar yang telah disepakati dalam World Economic Forum pada tahun 2015 yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi digital, literasi finansial dan literasi budaya dan kewarganegaraan. Keenam poin literasi dasar tersebut, terdapat literasi yang berkaitan erat dengan keterampilan berpikir dan bernalar yaitu literasi numerasi. Literasi memiliki kaitan yang sangat erat dengan bahasa, sedangkan numerasi memiliki kaitan yang kuat dengan matematika.

Secara sederhana, numerasi bisa dimaknai sebagai kemampuan untuk mengaplikasikan keterampilan operasi hitung serta konsep bilangan dalam kegiatan kita sehari-hari serta kemampuan untuk menginterpretasi informasi kuantitatif yang terdapat di sekeliling kita. Sehingga, literasi numerasi dapat diartikan sebagai kemampuan bernalar menggunakan bahasa dan matematika. Dalam arti lain, Literasi numerasi merupakan kecakapan serta pengetahuan untuk menggunakan berbagai macam bentuk simbol dan angka yang terkait dengan matematika guna memecahkan masalah didalam kehidupan kita sehari-hari, kemudian menganalisis informasi yang dipaparkan serta menginterpretasi hasil analisis untuk memprediksi serta mengambil keputusan (Kemdikbud, 2017).

Berdasarkan paparan diatas, keterampilan literasi numerasi tentunya sangat diperlukan dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari dan bermasyarakat, dapat kita ambil beberapa contoh kegiatan saat sedang berbelanja, hendak berlibur, ingin membuka suatu bisnis, membangun rumah, belajar tentang kesehatan, keseluruhannya membutuhkan kemampuan literasi numerasi. Informasi dalam beberapa contoh kegiatan tadi biasanya disajikan dalam suatu bentuk grafik atau numerik. Keadaan memahami bentuk grafik atau numerik itulah yang membutuhkan keterampilan literasi numerasi. Dengan begitu, untuk membuat keputusan yang tepat, setiap individu diharuskan untuk memahami numerasi.

Dalam proses setiap individu menumbuhkan kemampuan literasi numerasi, terdapat salah satu contoh pula ketika seorang siswa yang sedang mempelajari pembagian bilangan bulat dengan bilangan bulat lainnya. Dalam kasus ini, jika bilangan bulat pertama tidak habis dibagi, maka akan diperoleh sisa bilangan. Siswa biasanya diajarkan untuk menuliskan hasil bagi yang kemudian diikuti oleh sisanya, selanjutnya mereka pun diajarkan untuk menyatakan hasil bagi ke bentuk bilangan desimal. Dalam konteks kehidupan sehari-hari, hasil bagi yang akurasi dengan bilangan desimal sering kali tidak diperlukan sehingga sering dilakukannya suatu konsep pembulatan. Secara matematis, konsep pembulatan ke atas dilakukan jika nilai desimalnya lebih besar daripada 5, kemudian konsep pembulatan ke bawah dilakukan jika nilai desimalnya lebih kecil daripada 5, dan pembulatan ke bawah atau ke atas bisa dilakukan jika nilai desimalnya tepat di angka 5. Namun, dalam konteks real, konsep itu tidaklah selalu dapat diterapkan.

Sebagaimana contoh kasus nyata untuk literasi numerasi pada penerapan kaidah pembulatan yaitu jika terdapat 60 orang yang hendak berlibur menggunakan sebuah minibus dimana minibus tersebut dapat memuat 27 orang, berdasarkan perhitungan matematisnya minibus yang diperlukan guna menampung semua orang tersebut ialah 2,222222222222. Jumlah tersebut tentu tidak masuk akal, sehingga jumlah tersebut dibulatkan kebawah menjadi 2, yaitu 2  minibus. Namun jika sebuah tempat duduk hanya boleh ditempati oleh satu orang, maka terdapat 3 orang yang tidak akan mendapatkan tempat untuk duduk. Dikarenakan hal  tersebut, maka jumlah keseluruhan minibus yang diperlukan adalah 3 minibus. Dalam pengerjaan soal yang sejenis menurut pembulatan dalam matematika mengenai kasus tersebut, siswa biasanya cenderung melakukan pembulatan angka ke bawah sehingga mereka cenderung menjawab 2 minibus yang akan dipesan. Berdasarkan teori yang telah mereka pelajari sebelumnya mengatakan bahwa jika nilai desimalnya lebih kecil daripada 5 maka siswa biasa melakukan pembulatan ke bawah menjadi 2 minibus. Jadi dapat dikatakan bahwa dalam literasi numerasi, kaidah pembulatan dalam matematika belum sepenuhnya benar. Hal tersebut harus disesuaikan dengan kaidah literasi yang sesuai agar mendapat jawaban yang tepat.

Contoh yang berikutnya masih mengenai literasi numerasi pada konsep pembulatan yaitu, jika seorang tukang hendak membuat beberapa kursi dimana ia hanya mempunyai 18 kaki kursi. Dimana masing-masing kursi berbentuk persegi dan memiliki 4 kaki kursi. Lalu berapakah kursi yang akan dibuat oleh si tukang? Jika kita lihat disini, diketahui bahwa masing-masing kursi memiliki 4 kaki kursi. Dengan begitu kursi yang akan dibuat yaitu 4 kursi dengan sisa 2 kaki kursi. Dimana jika terdapat 2 kaki kursi maka tidak sepenuhnya dapat dibuat sebuah kursi. Oleh karena itu, jumlah kursi yang akan dibuat oleh si tukang adalah 4 buah kursi. Dalam pengerjaan soal yang sejenis mengenai kasus tersebut, siswa biasanya cenderung mengerjakan dengan langsung membagi 18 dengan 4.

Dari hasil pembagian tersebut diperoleh hasil 4,5. Dengan hasil 4,5 banyak terjadi miskonsepsi pada siswa karena pada konsep pembulatan sebelumnya jika nilai desimalnya 5 maka dapat dilakukan pembulatan ke bawah atau ke atas. Pada kasus ini siswa cenderung membulatkannya ke atas, sehingga hasil 4,5 menjadi 5 yang berartikan tukang akan membuat 5 kursi. Namun dalam kasus ini, jika dilakukan pembulatan keatas menjadi 5 maka tidak memungkinkan. Jelas dikarenakan kaki kursi yang tersisa hanyalah 2 buah, dimana kedua kaki kursi tersebut tidak dapat digunakan untuk membuat sebuah kursi. Dengan literasi numerasi ini, siswa diharapkan dapat memahami soal dengan kasus nyata yang berkaitan dengan kehidupan keseharian tersebut dan menyelesaikan solusi yang sesuai dengan literasi numerasi, bukan hanya sesuai dengan perhitungannya saja.

Berdasarkan beberapa contoh diatas mengenai studi kasus yang telah dijelaskan,  literasi numerasi sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan, baik dalam kehidupan  berumah tangga, pekerjaan, maupun kehidupan bermasyarakat. Dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan contoh yang telah dipaparkan sebelumnya, terlihat literasi numerasi berperan pada kegiatan ketika kita akan bertamasya dan juga ketika seorang tukang akan membuat kursi. Itu semua membutuhkan keterampilan literasi numerasi. Semua contoh studi kasus tersebut hanya memaparkan sebagian kecil dari peranan literasi numerasi yang erat kaitannya oleh pengambilan suatu keputusan yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, dapat dipahami bahwa literasi numerasi sangat diperlukan di dalam berbagai aspek kehidupan dan bukan hanya diperlukan dalam bidang matematika saja, namun juga di bidang ilmu lainnya.

Juwita Istari Setyaningrum, Zulfa Dayyinati Fa’izulloh, Muhammad Ridho Alfadillah

Nila Ubaidah, S. Pd., M. Pd.

Program Studi Pendidikan Matematika

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline