Lihat ke Halaman Asli

Dari Romania ke Karawang, Joseph Souisa dan Dedikasinya untuk Tinju

Diperbarui: 17 September 2016   12:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Joseph Souisa (baris depan, tengah) bersama direksi PT Pindo Deli dan para atlet tinju Karawang. (Foto: dokumentasi pribadi)

Kabupaten Karawang, Sabtu pagi 10 September 2016 mendapat gilirannya menerima Api PON dari serangkaian arak-arakan perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) XIX dan Pekan Paralimpic Nasional (Peparnas) XV Jawa Barat 2016.

Cuaca panas menyengat seolah turut memantik semangat warga masyarakat untuk turun ke Lapangan Karangpawitan, lokasi terselenggaranya Kirab Api PON ke-19 itu.

Adalah Joseph Souisa (54), pelatih Persatuan Tinju Amatir Nasional (Pertina) Kabupaten Karawang dan mantan juara tinju nasional diberikan kehormatan untuk membawa Api PON yang sebelumnya diarak dari Purwakarta.

“Saya merasa sangat bangga, karena tidak sembarang orang bisa menjadi petugas pembawa api PON. Kalau ditanya capek, ya sangat capek, tapi sama sekali tidak terasa capek, mungkin karena banyak orang dan sorak-sorai masyarakat jadi semangat lagi,” katanya kepada awak media, usai prosesi Kirab Api PON di Lapangan Karangpawitan, Sabtu siang.

Membawa api PON ke-19.

Meski penulis sebetulnya bukan penggemar olahraga tinju, maupun jenis olahraga lainnya yang bersifat kompetisi, tetapi ada hal yang menggelitik rasa keingintahuan terhadap sosok pria paruh baya, yang saat itu pertama kalinya membawa Api PON.

Setelah acara seremonial selesai, kebetulan penulis mendapatkan izin dari panitia untuk berbincang-bincang singkat dengan Joseph Souisa.

Di awal perbincangan, Joseph berkisah dirinya pertama kali menekuni tinju tahun 1980-an. Usianya saat itu sekitar 17 tahun. Ia masih tinggal di kampung halamannya, Saparua, yang terletak di sebelah selatan Pulau Seram, dan terpaut satu pulau ke arah timur dengan Ambon. Kini, Saparua masuk dalam wilayah administrasi Kabupaten Maluku Tengah.

“Di kampung saya di Saparua itu, saya tidak bisa bermain tinju karena dilarang orangtua. Sebenarnya masyarakat Ambon (Maluku, Red) itu senang sekali dengan tinju, cuma masalahnya bapak senang, mama yang tidak senang tinju. Tapi namanya kita kan laki-laki, senang dengan hal-hal yang berbau kompetisi seperti itu,” tutur Joseph.

Setelah dirinya merantau ke Jakarta, dia mengaku baru mulai menekuni tinju. Nasib pun membawanya ke Romania, Eropa Timur pada 1985 untuk berlatih tinju secara lebih profesional.

“Waktu itu di Romania padahal musim panas, tapi tim kita tetap terasa dingin, saya latihan sambil pakai jaket tebal berlapis-lapis, pakai rheumasonjuga,” kenangnya sambil terkekeh.

Difasilitasi oleh Pabrik di Karawang

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline