Lihat ke Halaman Asli

Hidup Bersama: Ketika Masalah adalah Hal yang Biasa

Diperbarui: 8 Mei 2022   10:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber: openpeeps.com

Untuk kalian yang akan tinggal di asrama, di kost-an, atau di tempat lainnya yang mengharuskan hidup bersama orang lain, perlu tahu kalau hidup (tinggal) bersama orang lain itu tidak semudah makan mie instan pakai telur dan kerupuk bawang pas lagi hujan-hujan. Karena saat hidup bersama orang lain, pasti ada saja masalah yang muncul setiap hari. Mulai dari masalah kecil seperti saling berebut kamar mandi dengan teman yang sama-sama mau memakai kloset, sampai masalah besar seperti saling menuduh siapa yang baru saja buang angin.

Saya tahu hal ini karena saya adalah calon pelayan yang MEMILIH untuk jomblo seumur hidup, atau yang oleh beberapa orang lebih sering disebut sebagai calon Imam Religius Katolik. Lah, terus apa hubungan antara calon Imam Religius Katolik dengan hidup bersama orang lain? Jadi gini guys, Imam Religius Katolik adalah imam yang mengikrarkan tiga kaul, yaitu: kaul kemiskinan (janji untuk hidup sederhana), kaul kemurnian (janji untuk hidup selibat atau tidak menikah), dan kaul ketaatan (janji untuk hidup taat pada Gereja dan pimpinan). Dalam Bahasa Jepang tiga kaul ini disebut "no money, no honey, and do what you're told". Jika kalian pernah bertanya-tanya kenapa Imam Religius Katolik itu tidak menikah alias jomblo seumur hidup, sekarang kalian tahu kaul kemurnianlah alasannya. Tujuannya sendiri supaya para Imam Religius Katolik bisa memusatkan perhatiannya kepada Tuhan bukan kepada pasangan. 

Meskipun para Imam Religius Katolik hidup menjomblo, bukan berarti mereka selalu sendirian, sebab mereka hidup dalam komunitas bersama dengan Imam Religius Katolik lainnya (BTW, mereka yang telah memilih untuk menjadi Imam Religius Katolik sadar kalau pilihan yang dibuatnya juga berarti pilihan untuk menjadi jomblo seumur hidup, jadi tidak bisa dikatakan kalau hidup jomblo para Imam Religius Katolik adalah suatu paksaan).

Nah, dari penjelasan saya yang melebar kemana-kemana itu sebenarnya saya cuma mau kasih tahu kalau calon Imam Religius Katolik juga harus hidup dalam komunitas sejak awal pembinaan. Bukan untuk latihan menjadi jomblo yang profesional (lagipula saya juga sudah pro) tapi supaya terbiasa hidup bersama orang lain.

Sudah sekitar 9 bulan saya hidup bersama calon imam lainnya dan sampai saat ini masalah kami masih sama, kami sering bertentangan dalam banyak hal, kecuali dalam dua hal ini: Real Madrid itu tidak sehebat Barcelona dan The Fiery Priest (2019) adalah drakor terlucu yang pernah ada. Namun belakangan ini saya sadar kalau pertentangan itu hal yang biasa ketika hidup bersama orang lain. Jujur saja, ada beberapa kesalahan yang sering saya buat namun saya tidak menyadari kalau itu salah sampai teman saya menentang perbuatan saya itu. Misalnya, saya pasti masih mengira kalau menuangkan minyak bumbu ke air rebusan mie instan adalah perbuatan yang mulia jika salah satu teman saya tidak menentang perbuatan yang barbar itu.

Tidak bisa disangkal ada banyak hal baik yang terjadi pada saya karena ada teman yang menentang saya, dan tentu saja itu bisa terjadi karena saya juga bersedia untuk mendengarkannya. Pernah satu kali saya tidak mendengarkan perkataan teman saya soal sendal licin yang saya pakai, besoknya, saya jatuh waktu menuruni tangga bagaikan bidadari yang jatuh dari onta.

Jadi pada intinya, seperti drama rom-com Korea yang membutuhkan pertentangan supaya dua sejoli bisa berpacaran, begitu juga ketika hidup bersama orang lain dibutuhkan pertentangan supaya bisa mempererat tali pertemanan.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline