Lihat ke Halaman Asli

Dua Bulan Pertama

Diperbarui: 26 Juni 2015   18:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Tepat jam 1.41 pm (GMT +08.00) hari Senin, tanggal 12 Oktober 2009 anak pertama kami lahir di Bentley Hospital Australia. Deuh leganya setelah masa kehamilan istri 41 minggu akhirnya sang buah hati menghirup udara musim akhir musim semi disini. Tidak tanggung-tanggung beratnya 3.7 kg dan 54 cm panjangnya. Sang bunda melahirkan dengan cara natural meski menggunakan teknik induksi krn jabang bayi belum juga mau keluar setelah lewat 1 minggu. Untung ada injeksi obat penahan sakit, yang awalnya dikenalkan tahun 1943 di Amerika Serika, Epidural namanya. Semua lega dan bahagia, khususnya keluarga dan kerabat yang diberi kabar gembira. Bayi pertama kami dan sang bunda selamat tanpa kurang suatu apa.

Setelah bayi dan bunda beristirahat selama tiga malam di rumah sakit milik pemerintah. Seharusnya kami diperbolehkan untuk pulang. Namun di hari ke-4, anak pertama kami dideteksi terkena Jaundice ("kuning"). Kadarnya luar biasa tinggi, yang kami takutkan mengapa baru terdeteksi setelah 3 hari, apakah ada efeknya untuk pertumbuhan sang bayi. Saya sedih sekali harus pulang ke rumah tanpa istri dan anak, karena mereka diharuskan tinggal 2-3 hari lagi. Pikiran saya kacau dan cepat-cepat mencari tahu seperti apakah Jaundice ini sebenarnya. Bagaimana pencegahannya atau pengobatan yang bisa dilakukan. Meski suster berkata ini suatu yang umum, namun dari sekitar 10 bayi yang ada saat itu, hanya anak kami yang diberi perawatan khusus untuk menurunkan billirubin yang sangat tinggi karena belum berfungsinya liver si mungil dengan sempurna.

Akhirnya setelah 6 hari, mereka boleh pulang ke rumah.  Wah leganya... teriknya matahari sore disini menyambut kedatangan sang bayi di rumah kami yang masih berstatus sewa. Meski tidak ada AC seperti di rumah sakit, suasana di rumah berbeda dengan suasana rumah sakit. Disini semua serba sendiri, dari sejak hari pertama kami sudah diajarkan bagaimana memandikan bayi, mengganti popok, menggendong, dan lain sebagainya. Yang paling menakutkan tentang SIDS (Sudden Infant Death Syndrome). SIDS bisa diminimalkan resikonya dengan cara mengetahui bagaimana mengatur tempat tidur sang bayi, dan menindurkan bayi dengan posisi terlentang bukan tengkurap. Awalnya saya berpikir, ah tidak mengapa, apa sih repotnya tambahan 1 anggota keluarga. Tapi sekarang saya sudah bisa merasakan bedanya, kalo dulu kami bisa mencuci 1 minggu sekali, tapi sekarang hampir setiap 1-2 hari sekali. Kalo dulu saya bisa pakai 1 kaus untuk 2 hari, karena jarang berkeringat. Sekarang 1 hari bisa berganti 3 kaus. Badan terasa capek semua, pekerjaan rumah serasa tak habis dikerjakan. Akhirnya di kantor menjadi salah satu tempat untuk beristirahat sementara. Tapi itu tidak bisa lama, setelah 1-2 jam bekerja, pikiran selalu ingin pulang ke rumah karena membayangkan si kecil yang imut dan lucu.

Hari berganti hari, temperatur beranjak naik dari kisaran 25-29 derajat Celcius di siang hari bisa mencapai 30-38 derajat. Itu tandanya musim panas sudah tiba. Tidak terasa 1 bulan berlalu dengan cepat sekali. Sang bunda sudah segar kembali. Si kecil sudah menjadi 4.5 kg di bulan pertama dan 6.1 kg di bulan kedua. Di usia 2 bulan ini si kecil mendapat immunisasinya yang kedua, setelah immunisasi Paediatric Hep B sewaktu baru lahir. Kali ini immunisasinya ada tiga macam, yang pertama 7vPCV, ORV, dan Dtpa-IPV-HepB-Hib. Saya pernah mendengar bahwa di Indonesia sekarang, harga immunisasi cukup menguras dompet. Aneh bin ajaib disini, immunisasinya gratis. Katanya di Indonesia, beberapa "dokter" menganjurkan bayi diimunisasi bertahap, misalnya ada 3 macam, berati minggu ini satu, minggu depan yang kedua dan ketiga. Ini artinya biaya konsultasi dokter plus biaya immunisasinya pun berlipat. Saya belum mencek apakah ini praktek ini lazim di kota-kota besar spt Jkt, Bdg dan Sby. Alangkah sayangnya kalo hal ini benar adanya. Tapi kebalikannya disini, semuanya gratis. Bahkan nanti setelah sang anak lengkap menjalani program immunisasi yang tercatat dalam database negara. Keluarga tersebut akan dihadiahi sejumlah uang yang kononnya bisa menjadi biaya hidup 1 keluarga kecil selama 1-2 bulan penuh. Ah kami sih tidak memikirkan hadiahnya. Bagi kami asal si kecil bisa sehat dan bertumbuh normal. Itu semua sudah lebih dari cukup.

Untuk istri dan anakku terkasih. Perth-23 Dec 2009




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline