Lihat ke Halaman Asli

Suka Tanya Kenapa Allah Tidak Adil?

Diperbarui: 18 Juni 2015   04:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kenapa saya? Mengapa Allah begitu tidak adil?

Sebagian besar manusia di dunia ini saya pikir pernah mengeluh seperti itu, mempertanyakan keadilan Allah atas ujian yang ia terima. Untuk remaja mungkin akan mempertanyakan letak keadilan Allah saat merasa sudah belajar semaksimal mungkin untuk melanjutkan pendidikan di Universitas yang sudah sejak lama diimpikan tetapi ternyata gagal sedangkan teman seangkatannya yang terlihat santai justru lolos test, atau para sarjana yang merasa IPKnya tinggi tetapi masih menganggur atau gajinya lebih kecil di banding temannya yang IPKnya lebih rendah, hobinya main tapi bisa lebih sukses. Tapi apa pernah kita mempertanyakan letak keadilan Allah saat kita melihat orang yang harus makan dari tumpukan sampah setiap harinya?, saya yakin bahwa pertanyaan tentang keadilan Allah akan muncul hanya saat ketidaknyamanan itu benar-benar diri kita sendiri yang merasakan. Karena pada dasarnya sebagian besar manusia itu egois.

Inipun sebenarnya renungan bagi diri saya pribadi, hari ini saya mempertanyakan Dimana keadilanMu Yaa Allah? Membiarkanku terus menangisi apa yang seharusnya tidak pernah aku tangisi, membuatku menyesali sesuatu yang seharusnya tidak pernah kulakukan, membuatku merasa ini semua tidak adil disaat aku melihat kedamaian dn kebahagiaan oranglain. Lalu cepat-cepat aku hapus rasa suudzon ini sebelum semua menjadi tak berarah, berwudhu, shalat untuk mendapat ketenangan hati. Yang biasanya saya lakukan saat ingin berdialog dengan Allah adalah memohon petunjuk dan kubuka Al-Qur’an dengan sembarang.

Al Hajj 63 “Apakah kamu tidak melihat bawasannya Allah menurunkan air dari langit, lalu jadilah bumi itu hijau? Sesungguhnya Allah maha halus lagi Maha mengetahui”

Dari ayat ini saya menyimpulkan, pada dasarnya setiap orang yang sedang diuji akan merasa dirinyalah yang paling menderita, atau dirinyalah yang paling tahu tentang perasaan dirinya sendiri, sakitnya, pahitnya dan lain sebagainya. Dan dalam kondisi seperti ini kemudian membandingkan dengan oranglain yang dilihatnya sedang bahagia ia akan merasa Allah begitu tidak adil. Tapi  pernahkah kita berpikir bahwa segala kesakita, kesia-siaan yang terjadi, hancurnya mimpi itu bukan selalu menjadi yang terburuk? Pernahkah kita berpikir bahwa cinta Allah kepada kita lebih dari apa yang sekedar kita pikirkan?.

Rencana Allah itu selalu menjadi misteri, Allah bisa menjadikan sesuatu yang kita anggap buruk itu jauh lebih indah dari apa yang kita bayangkan, Allah akan memberikan kasih sayangnya kepada umatNya yang mencintai dan senantiasa selalu mengingatNya. Lalu apa sudah cukupkah cinta kita untuk Allah sehingga kita terus mengharap kebahagiaan tanpa sedikitpun ujian sebagai kerikil-kerikilnya? .

Sungguh hanya akan menjadi sia-sia saat kita terus mempertanyakan dimana letak keadilan Allah yang saya terjemahkan dalam kalimat lain ‘Mengapa saya menderita?’, Allah selalu punya rencana dalam setiap skenario kehidupan, apa yang kita lihat buruk belum tentu benar-benar buruk, saat kita merasa mimpi kita hancur bisa jadi ada mimpi yang lebih tinggi yang siap-siap akan Allah wujudkan dengan ridhonya. Ujian datang bisa karena 2 hal, dosa kita yang terlalu banyak sehingga Allah menghpusnya perlahan dengan ujian di dunia, atau akan ada kejutan besar yang akan Allah berikan dari sabarnya kita menghadapi ujian. Akan selalu ada pelangi setelah badai.

Keep positive!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline