"Katanya kamu udah punya pacar yah" tanya Cindy dengan alis berkerut.
"Pacarku tentu saja Cindy seorang" balasku sambil cekikikan.
Cindy hanya tersenyum geli dan reflek mencubit pinggangku, aku hanya pura-pura kesakitan agar ia melepaskan cubitannya.
Malam itu aku menghabiskan waktu berduaan dengan Cindy hingga larut malam, aku melirik arlojiku, waktu sudah menunjukkan pukul 11 malam dan aku pun memutuskan untuk mengantarkannya pulang ke rumahnya. Aku pun bergegas melanjutkan perjalananku ke apartemenku dan segera beristirahat.
Aku terbangun oleh dering panggilan telepon,
aku sudah tak asing dengan panggilan ini. panggilan dari mantan pacarku, yang nyatanya malah menduakanku dan sekarang mengemis-ngemis untuk kembali padaku, aku hanya menggeleng-gelengkan kepalaku tatkala Wanita jahanam itu menelponku.
"Tak tahu malu" batinku selalu.
Aku mengangkat telepon itu namun hanya diam tanpa sepatah kata pun hingga kemudian sambungan panggilan itu terputus dari seberang dengan sendirinya.
Untungnya kekesalanku di setiap pagi itu sedikit terobati dengan kehadiran Cindy.
"Selamat pagi, jangan lupa sarapan"