Menara suar menjulang perkasa di ujung dermaga, angin pantai bertiup perlahan mengiringi langkahku di atas jembatan tua yang masih nampak kokoh.
Sudah lama aku tidak menginjakan kaki di tempat ini, selalu ramai bahkan sejak aku masih balita hingga masa remaja.
Aku berjalan perlahan menyusuri jembatan yang sudah dipenuhi para pekerja yang hendak memulai rutinitas pekerjaannya.
Beberapa meter di ujung jembatan, ada bangku kayu tua yang tertancap kokoh di bawah rindangnya pepohonan di tepi pantai.
Aku coba beristirahat sejenak di bangku itu sambil memandang sekeliling tempat itu yang sudah agak berbeda dengan bangunan beton modern yang berdiri megah diantara puing-puing bekas bangunan kayu tua yang
dihantam ganasnya ombak.
Tidak jauh dari tempat dudukku ada seorang anak gadis berumur sekitar lima tahun yang sedang bermain pasir sambil bersenandung lembut diselingi derai daun kelapa yang diterpa angin.
Ah...dia sepertiku dahulu, memancing dan berlarian di pantai tak kenal waktu hinggah ibu memanggilku untuk membersihkan diri dan segera makan siang.
Aku beranjak dari dudukku dan menghampiri anak itu yang sedang membereskan alat pancingnya dan hendak pergi.
"Mau kemana dek?"