****
N yanyian itu sudah diperdengarkan, menyuarakan ruang imaji dan nyata yang tersera K
G emuruh tawa, haru dan sedih kian terpatri, membahana kata yang bukan lagi sekedar pame O
E mpati rasa saling menyapa, hanyutkan imaji dalam lautan kata yang tersela M
B eritakan mimpi dan harapan dari penggalan realitasdan imaji yang kian terungka P
L antas keindahan apalagi yang kau tawarkan, sedangkan jalinan kita sudah cukuplah mesr A
O rnamen indah yang tersanding di kamar utama yang biasa kita nikmati yang kan kau hia S
G ejolak pun terbakar, tak sabar rasanya menunggu hiasan yang kau ukir dalam janj I
I mpian yang kan kian hangatkan percumbuan kita, di kamar kita, peraduan kit A
T api sekarang hari telah berlalu, tanpa kudapat sebuah jawab yang kau janjika N
U sai sudah angan yang tak lagi terharap, menyisakan almanak yang tekoyak dan angka tigA!
****
Jakarta, 03 November 2010
****
[caption id="attachment_312975" align="alignnone" width="400" caption="Screenshot halaman desktop sendiri (gak perlu hak cipta :D )"][/caption]
*****
Puisi ini hanya sekedar bahan berkreasi saja, tidak ada maksud apapun... still LOVE Kompasiana!!!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H