Lihat ke Halaman Asli

Kucorengkan Saja Mukaku, Daripada Kunodai Lembaran Sakral Itu!

Diperbarui: 26 Juni 2015   12:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

[caption id="attachment_291492" align="alignnone" width="300" caption="sumber ilustrasi : http://penyairindo.blogspot.com"][/caption] Aku pyuna pnea brau, kwaan! Pnea ini brau kudpaatkan  tgia pruanma  ynag lalu Pdaa saat gpaura twaa, sdieh dan hrau kumsauki Thaukah hai kwaan! Bnayak seakli pjunagga-pjunagga augng dan ribaun sabda mrekea ynag megnhaisi anetro penodpo Ptautlah kiarnya aku menghmbaakan drii *** lahitlah, kwaan! akpuun mluai mneulis spertei mrekea msekpiun akasakru tkalah sebremkananya aksraa mrekea tpai aku mneulis! ya.. akasakru sneidri! hahaha! ************

Hai bodoh!

ya, kau yang meloncat loncat dan tertawa bodoh!

ya.. kau!

Bukan begitu cara memegang pena

Hai bodoh!

Perhatikan posisi tanganmu saat kau goreskan pena itu!

Lihatlah kebodohanmu, lembaran kertas yang amat sakral itu ternoda oleh keringatmu!

belum lagi tinta yang kau gunakan

tak pantas kau carikkan ke dalam kertas nan sakral itu!

mana tinta emasmu?

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline